Ironi Lain dalam Diri Mohamed Salah

24 November 2017 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohamed Salah merayakan gol yang ia cetak. (Foto: Phil Noble/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Mohamed Salah merayakan gol yang ia cetak. (Foto: Phil Noble/Reuters)
ADVERTISEMENT
Sosok Fernando Torres adalah sebuah ironi tersendiri dalam pertemuan Chelsea dan Liverpool dalam beberapa tahun ke belakang. Namun pada musim 2017/2018 ini, ironi itu menjadi milik pemain asal Mesir yang juga pernah membela kedua kesebelasan, Mohamed Salah.
ADVERTISEMENT
Torres adalah sosok pemain yang mencerminkan sebuah ironi. Pada suatu waktu, ia pernah bersinar begitu terang bersama Liverpool dengan catatan 81 gol dan 20 assist dari 142 pertandingan. Bahkan gol pertamanya di Premier League ia cetak ke gawang Chelsea.
Namun ketika ia hijrah membela Chelsea, ia menjadi seorang pesakitan. Total hanya 48 gol dan 40 assist yang ia catatkan dari 182 penampilan bersama Chelsea. Bahkan dalam laga debutnya untuk Chelsea melawan Liverpool, ia sama sekali tidak bisa apa-apa.
Fernando Torres ketika memperkuat Chelsea (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Fernando Torres ketika memperkuat Chelsea (Foto: Pixabay)
Ironi dari Torres ini menjadi narasi tersendiri dalam pertemuan Liverpool dan Chelsea dalam beberapa musim ke belakang. Semua berakhir saat pemain asal Spanyol tersebut memutuskan untuk pindah ke AC Milan, dan sekarang sang pemain sedang menjalani masa-masa bermain bolanya di Atletico Madrid, klub masa remajanya.
ADVERTISEMENT
Masa ironi Torres pun berakhir. Narasi itu selesai dan menjadi sejarah seiring dengan kepindahan Torres ke AC Milan. Sekarang narasi tentang ironi Liverpool-Chelsea beregenerasi menjadi sebuah ironi yang baru, seiring dengan kedatangan Mohamed Salah ke Liverpool.
Setelah Chelsea membuangnya, Salah kembali dengan lebih kuat di Liverpool.
***
Alkisah ketika itu Liga Champions musim 2013/2014. Chelsea berada satu grup dengan FC Basel, Schalke 04, dan Steaua Bukarest. "Si Biru" memang berhasil menjadi juara grup dan lolos ke babak 16 besar, malah mereka lolos sampai ke babak semifinal sebelum ditaklukkan Atletico Madrid.
Meski begitu, ada satu noda yang tidak bisa dihilangkan dari lolosnya Chelsea ke babak 16 besar. Di fase grup, ada satu tim yang sanggup mengalahkan mereka sampai dua kali. Tim itu bernama FC Basel, dan ketika itu, ada nama Mohamed Salah di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Salah menjadi aktor penting dari kemenangan dua kali FC Basel atas Chelsea, baik itu ketika tampil di kandang sendiri maupun ketika tampil di Stamford Bridge. Dua gol yang ia cetak, masing-masing satu di kandang dan satu di tandang, menjadi sebuah kontribusi penting pemain Tim Nasional (Timnas) Mesir tersebut bagi kemenangan Basel atas Chelsea.
Atas penampilan impresif Salah ini, apalagi dengan bukti nyata berupa jebolnya gawang Petr Cech, "Si Biru" menjadi salah satu klub yang tertarik mendatangkan Salah ke Stamford Bridge. Hasilnya, mahar 14,85 juta paun (disitat dari Transfermarkt) mendaratkan pemain yang mencetak 20 gol dari 79 penampilan untuk Basel tersebut ke Stamford Bridge.
Kecepatan yang dimiliki oleh Salah dianggap sebagai sesuatu yang dapat memberikan daya dobrak lebih di lini serang Chelsea. Ia juga diharapkan dapat menopang Diego Costa, penyerang yang datang bersamaan dengan kedatangan dirinya ke Stamford Bridge, lewat kemampuannya dalam membuka ruang.
ADVERTISEMENT
Tapi alih-alih memanfaatkan Salah, Chelsea yang saat itu ditangani oleh Jose Mourinho sama sekali tidak memanfaatkan kemampuan darinya. Pemain asal Mesir itu pun akhirnya minim mendapatkan jam terbang, dan hanya tampil selama 19 pertandingan untuk "Si Biru", dan hanya menorehkan dua gol dan empat assist saja.
Pemain yang sekarang berusia 25 tahun ini lebih banyak menghabiskan waktu peminjaman di Fiorentina dan AS Roma. Namun justru, masa peminjaman inilah yang membuat talenta dari Salah berkembang. Akhirnya, demi karier yang lebih baik, ia memutuskan untuk hijrah ke AS Roma dan tidak kembali ke Chelsea setelah masa peminjaman di Roma habis.
Salah kala bermain untuk Roma. (Foto: Alessandro Bianchi/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Salah kala bermain untuk Roma. (Foto: Alessandro Bianchi/Reuters)
Pengalaman dan jam terbang yang lebih banyak di Roma, dengan catatan 34 gol dan 24 assist dari 83 penampilan membuat Salah tumbuh menjadi pemain yang hebat. Hal ini kembali mengundang ketertarikan salah satu klub Liga Primer, Liverpool, untuk merekrutnya ke Anfield. Gayung bersambut, dan Salah menerima pinangan dari "Si Merah". Mahar sekira 37,8 juta paun mendaratkannya di Anfield.
ADVERTISEMENT
Ketika di Chelsea, Salah tidak mendapatkan kemewahan yang ia dapat di Liverpool saat ini. Pemain yang biasa beroperasi di sayap ini, tidak banyak diberikan kesempatan untuk berkreasi di sayap dengan menggunakan kecepatannya. Mou yang ketika di Chelsea lebih banyak menerapkan permainan direct, lebih memilih memaksimalkan kemampuan Eden Hazard, Oscar, maupun Willian.
Hasilnya Salah pun malah lebih banyak menghuni bangku cadangan. Dua gol dan empat assist tersebut mencerminkan betapa sulitnya masa-masa Salah di Stamford Bridge. Namun hal berbeda justru terjadi di Liverpool.
Sadar bahwa Salah memiliki kecepatan, dan juga punya kemampuan yang baik dalam membuka ruang di lini pertahanan lawan, Juergen Klopp benar-benar memanfaatkan kecepatan dari pemain yang juga sukses mengantarkan Mesir ke Piala Dunia 2018 ini. Berkolaborasi dengan Roberto Firmino dan Sadio Mane, Salah menjadi bagian dari trio lini serang menakutkan milik Liverpool musim 2017/2018 ini.
Salah mencetak gol ke gawang Leicester. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Salah mencetak gol ke gawang Leicester. (Foto: Reuters/John Sibley)
Hal ini bisa dilihat dari catatan gol yang sudah ditorehkan Salah. Jika di Chelsea ia hanya menorehkan dua gol saja dari 19 penampilan di seluruh kompetisi, di Liverpool ia berhasil mencatatkan 14 gol dari 19 laga yang sudah ia jalani. Catatan yang tentu jauh berbanding terbalik jika mengingat masa-masa sulitnya di Chelsea.
ADVERTISEMENT
"Ia adalah pemain top, dan kami juga tahu ia memiliki kualitas yang bisa mengangkat performa tim. Ia juga adalah pemain yang fantastis. Sayang ia tidak dapat banyak kesempatan di Chelsea. Apakah ini karena manajernya, atau malah karena pemain lain? Saya juga tidak tahu," aku Eden Hazard seperti dilansir ESPN FC.
***
Menangisi dan meratapi masa lalu adalah hal yang tak bijak untuk dilakukan. Justru dengan menjadikannya pelajaran agar hal yang sama tidak terjadi kembali, itu akan menjadikan seseorang lebih bijak menyikapi masa kini. Situasi itulah yang sekarang sedang dialami oleh Mohamed Salah.
Ia memang menjadi simbol ironi, seperti halnya Fernando Torres, yang menjadi warna dari laga Liverpool lawan Chelsea, entah untuk berapa musim. Namun, tampaknya Salah tidak akan terlalu meratapi masa lalunya, karena sekarang ada masa kini, juga masa depan yang sedang dan akan ia jalani bersama Liverpool.
ADVERTISEMENT
Toh, bukankah Chelsea juga tidak terlalu memberinya kesempatan, kan? Lebih baik berbuat maksimal untuk klub yang memberinya kesempatan daripada berterima kasih untuk klub yang justru menjerumuskan karier sepak bolanya ke titik terendah.