Suporter Persija Tewas, SOS Soroti Pengawasan PSSI dan Kemenpora

14 November 2017 7:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendukung Persija di Stadion Patriot, Kota Bekasi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung Persija di Stadion Patriot, Kota Bekasi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Liga 1 ditutup dengan duka. Nyawa kembali harus melayang.
ADVERTISEMENT
Kali ini, pada pekan terakhir Liga 1, anggota Jakmania--suporter Persija--yang bernama Rizal Yanwar Putra meninggal dunia. Rizal tewas usai menjadi korban pengeroyokan dalam perjalanan pulang usai mendukung Persija Jakarta dalam laga menghadapi Bhayangkara FC di Stadion Patriot, Bekasi, Minggu (12/11) lalu.
Luka di sekujur tubuh yang diderita oleh anggota The Jakmania Sukatani Subkorwil Cikarang itu membuatnya tak tertolong. Rizal tewas sampai akhirnya dimakamkan pada Senin (13/11) kemarin.
Berdasar data yang dihimpun Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Save Our Soccer (SOS), Rizal adalah suporter ketiga yang tewas di Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Sebelum Rizal, ada Catur Yuliantono dan Banu Rusman.
Catur suporter Tim Nasional (Timnas) Indonesia asal Duren Sawit, tewas terkena petasan saat menyaksikan “Tim Merah Putih” melawan Fiji, 2 September 2017, di Stadion Patriot. Sebulan berikutnya, giliran Banu, Laskar Benteng Viola--suporter Persita Tangerang, meregang nyawa saat Persita melawan PSMS, di Stadion Mini, Cibinong, 11 Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Rizal juga menjadi suporter Persija kedua yang tewas pada tahun ini. Sebelumnya ada Agen Astrava yang tewas dalam perjalanan pulang usai menyaksikan Persija vs Bali United di Stadion Patriot Chandrabraga, Bekasi, 21 Mei 2017.
Total di tahun 2017 ini sudah ada 12 suporter tewas. Jumlah ini menjadi jumlah terbanyak selama satu tahun dalam sejarah sepak bola Indonesia. Rapor merah yang jelas harus dicari solusinya dan segera diperbaiki oleh PSSI, Pemerintah, sampai pihak-pihak keamanan.
Koordinator SOS, Akmal Marhali, dalam keterangan resminya, memberikan sorotan tajam kepada PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) selaku perwakilan Pemerintah. Menurut Akmal, kedua pihak hanya memberi janji untuk menghentikan kekacauan ini, tapi nyatanya hal buruk yang sama terus terjadi.
ADVERTISEMENT
“Selama ini pengusutan terhadap tewasnya suporter tak pernah tuntas. Hanya lips service, setelah itu hilang ditelan bumi. Hanya ungkapan prihatin dan belasungkawa yang disampaikan, tak ada tindakan nyata. Di mana pengawasan pemerintah?” ujar Akmal.
“Terlalu murah harga nyawa di sepak bola Indonesia. Bahkan, hanya masuk ketegori kejadian biasa. Tak ada pengusutan secara tuntas. Alhasil, kejadian yang luar biasa ini menjadi biasa dan lumrah. Tidak baik buat perkembangan sepak bola Indonesia."
"Fungsi pengawasan harus benar-benar dilakukan. Masyarakat hanya ingin hiburan dan sepak bola berprestasi. Bukan sejumlah ‘dagelan’ yang akhirnya menyulut emosi dan mengorbankan nyawa,” tambahnya.
Akmal juga menuntut hal-hal yang lebih konkret untuk dilakukan PSSI dan Kemenpora, dibanding sekadar menggelar “Rembuk dan Jumpa Suporter Indonesia” atau membentuk Departemen Khusus Area Fans dan Community Engagement yang belum kelihatan kinerjanya.
ADVERTISEMENT
Selain mengusut tuntas pelaku pengeroyokan dan memberikan hukuman sepadan, SOS juga meminta PSSI dan Kemenpora melakukan evaluasi total terhadap kompetisi yang sudah selesai. Dalam berbagai aspeknya, mulai dari penegakkan aturan sampai pelanggaran yang dilakukan.
Karena bentrokan suporter, vandalisme, anarkisme di lapangan tak lepas dari kurang tegasnya PSSI dan Pemerintah dalam menegakkan aturan. Dan kita tentu tak mau lagi ada nyawa suporter yang hilang.