Konten dari Pengguna
Apa itu Doomscrolling, Kebiasaan Kecil yang Memengaruhi Kesehatan Mental?
6 Agustus 2025 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
Kiriman Pengguna
Apa itu Doomscrolling, Kebiasaan Kecil yang Memengaruhi Kesehatan Mental?
Doomscrolling adalah salah satu masalah yang muncul saat pandemi COVID-19. Apa itu doomscrolling? Simak penjelasannya berikut ini.Berita Hari Ini
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di era digital seperti sekarang, handphone jadi barang yang tak terpisahkan bagi banyak orang. Menatap layar hp dalam jangka waktu lama bahkan telah menjadi kebiasaan, baik untuk sekadar main game, menonton YouTube, atau sekadar scrolling konten media sosial.
ADVERTISEMENT
Bahkan, saat ini sebagian besar orang langsung mengecek hp begitu bangun tidur. Kemudian, ia akan scrolling atau berselancar di media sosial untuk mencari update berita sebelum beraktivitas.
Kebiasaan itu mungkin tampak wajar saja di era teknologi saat ini, namun ada istilah doomscrolling yang harus diwaspadai setiap orang. Apa itu doomscrolling?
Apa itu Doomscrolling?
Mengutip Medical News Today, doomscrolling adalah istilah untuk kebiasaan menghabiskan sebagian besar waktunya mengonsumsi berita di media sosial, khususnya berita negatif. Orang tersebut biasanya terus menggulir (scrolling) layar ponsel tanpa berpikir karena tak ingin ketinggalan berita terkini.
Istilah doomscrolling baru muncul di era pandemi COVID-19, tepatnya pada tahun 2020. Saat itu masyarakat “terjebak" di dalam rumah, tapi mereka butuh informasi terkini tentang kesehatan dan lainnya. Jadi, satu-satunya cara untuk tetap terinformasi adalah lewat scrolling media sosial.
ADVERTISEMENT
Saat seseorang melakukan doomscrolling, biasanya mereka menganggap itu hanya untuk tetap update tentang dunia. Faktanya, mereka tengah mengonfirmasi perasaan negatif yang dialami. Hal ini dijelaskan psikolog Susan Albers, PsyD dalam laman Cleveland Clinic.
“Saat depresi, kita sering mencari informasi yang dapat mengonfirmasi perasaan kita. Doomscrolling beroperasi dengan pola pikir yang sama. Jika Anda merasa negatif, membaca berita negatif hanya akan mengonfirmasi ulang perasaan Anda,” ujar Dr. Albers.
Masalahnya, kebiasaan doomscrolling ini sering kali tidak disadari. Orang-orang melakukannya berulang kali sampai menjadi kebiasaan hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran setan.
Orang yang membaca berita negatif akan merasakan emosi negatif pula. Lalu, untuk mengonfirmasi emosi itu, mereka kembali mengonsumsi berita negatif. Begitu seterusnya hingga kebiasaan tersebut membuat seseorang menjadi depresi.
ADVERTISEMENT
“Menenggelamkan diri di ponsel justru dapat memperparah perasaan terputus (disconnected) dan kesepian," ungkap Dr. Albers. "Terlalu banyak waktu di media sosial, baik (mengonsumsi) berita buruk maupun tidak, berpengaruh terhadap perasaan depresi.”
Cara Menghentikan Doomscrolling
Jika Anda merasa terlalu banyak mengonsumsi berita negatif sampai akhirnya stres sendiri, ikuti cara berhenti dari doomscrolling berikut ini:
1. Batasi waktu scrolling
Sebenarnya tidak apa-apa membaca berita negatif untuk tetap mendapat informasi, tetapi jangan lupa batasannya. Tetapkan batasan terkait kapan, di mana, dan berapa lama Anda bisa membaca berita. Misalnya, Anda hanya akan membaca berita selama 10-15 menit setelah sarapan.
2. Jauhkan ponsel
Terkadang kegiatan mengecek media sosial dilakukan tanpa sadar karena hp sedang dalam genggaman. Karena itu, cobalah untuk menyimpan ponsel di ruangan lain agar tidak terus-terusan dicek. Dengan begitu, Anda pun bisa melakukan aktivitas lain yang lebih produktif di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
3. Scroll media sosial dengan pelan
Jika Anda kesulitan menghentikan kegiatan scrolling atau menggulir layar ponsel, cobalah dengan mengurangi kecepatan scrolling terlebih dahulu. Lakukan secara konsisten sampai akhirnya Anda bisa menjauhi kegiatan doomscrolling.
(DEL)

