Apa Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Akhir-akhir Ini? Ini Penjelasan BMKG

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
14 Mei 2022 10:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cuaca panas di Indonesia. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas di Indonesia. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Cuaca panas tengah melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa terakhir, termasuk wilayah Jabodetabek. Akibatnya, tak sedikit orang yang merasa gerah dan mengeluhkannya di media sosial.
ADVERTISEMENT
Wilayah Ciputat, Tangerang Selatan, menjadi daerah dengan suhu paling panas di Jabodetabek, bahkan di Indonesia. Mengutip kumparanSains, berdasarkan pantauan BMKG, suhu udara maksimum di wilayah Ciputat pada tanggal 1-11 Mei 2022 berkisar antara 33,8-36 derajat Celcius.
Sedangkan, menurut data dari laman BMKG, suhu udara Jakarta hari ini, Sabtu (14/5) diprediksi mencapai 24-35 derajat Celcius. Suhu hingga 35 derajat itu diperkirakan terjadi di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Lantas, apa sebenarnya penyebab cuaca panas di Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini? Siak informasi selengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Penyebab Cuaca Panas di Indonesia

Sejumlah warga berteduh guna terhindar dari panasnya matahari, Jakarta, pada Selasa (22/10/2019). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Selain karena faktor cuaca yang memasuki musim pancaroba, BMKG mengungkapkan penyebab cuaca panas yang melanda Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Berikut beberapa di antaranya:
ADVERTISEMENT

1. Perubahan Iklim

Kepala BMKG Dwikorita menuturkan, berdasarkan data 2016, suhu udara di Jakarta naik 1,5 derajat Celcius dalam periode 100 tahun. Ini terjadi lebih dini, karena dalam kesepakatan global kenaikan suhu tersebut mestinya baru terjadi pada 2030.
Mengutip buku Seri Sains: Iklim tulisan Sri Winarsih, perubahan iklim tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kerusakan lapisan ozon, efek rumah kaca, dan perubahan pola peredaran matahari.

2. Perubahan Posisi Semu Matahari

Perubahan pola peredaran matahari yang sudah disinggung pada poin sebelumnya ternyata menjadi salah satu penyebab cuaca panas yang dirasakan masyarakat Indonesia.
Posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau. Tingkat pertumbuhan awan dan hujan pun akan jauh berkurang.
ADVERTISEMENT
Dampaknya, pagi menjelang siang akan didominasi oleh cuaca cerah sehingga dapat mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di permukaan bumi. Itulah yang menyebabkan kondisi suhu menjadi terik pada siang hari.

3. Perubahan Bentuk Tata Ruang

Seorang pria hendak menyeberang di kawasan Bundaran HI, Jakarta, pada Selasa (10/5/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Di samping pemanasan global dan posisi matahari, perubahan bentuk tata ruang (land use) juga dapat mengubah iklim perkotaan dan menyebabkan suhu udara jadi lebih panas di Indonesia, khususnya di Jakarta.
Salah satu contoh perubahan tata ruang yang sudah terjadi misalnya permukaan tanah yang semakin berkurang, di mana beton dan aspal lebih banyak ketimbang vegetasi.

4. Minimnya Area Pepohonan

Wilayah perkotaan seperti Jakarta dan Ciputat memiliki area pepohonan yang cukup minim. Hal ini berpengaruh pada peningkatan suhu udara permukaan di wilayah-wilayah tersebut.
Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin juga menyampaikan bahwa tutupan lahan yang didominasi bangunan tinggi bisa menyebabkan aliran udara permukaan kurang lancar sehingga cuaca terasa lebih panas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, cuaca panas di Ciputat juga wilayahnya yang berada pada elevasi rendah dan cukup dekat dengan permukaan laut.
Menurut perkiraan BMKG, cuaca panas di Indonesia akan terjadi pada bulan Maret-April dan September-Oktober. Kendati demikian, BMKG menegaskan bahwa suhu panas terik di Indonesia bukan fenomena Gelombang Panas atau Heatwave.
(ADS)