Konten dari Pengguna

Apa yang Dimaksud dengan Affective Skills? Ini Pengertian dan Tingkatannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
16 Agustus 2024 7:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru. Foto: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru. Foto: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Affective skills masuk dalam ranah taksonomi bloom, yakni struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan berpikir siswa dari tingkat dasar ke tingkat tertinggi. Pertanyaannya, tahukah Anda apa yang dimaksud dengan affective skill tersebut?
ADVERTISEMENT
Secara harfiah, kata affective merujuk pada sesuatu yang berkaitan dengan perasaan. Secara istilah, Affective skills didefinisikan sebagai keterampilan yang berhubungan dengan perasaan.
Keterampilan tersebut perlu diasah untuk melatih emosi siswa terhadap minat, sikap, dan perubahan diri. Agar lebih paham, simak informasi lengkap tentang affective skills dalam ulasan berikut.

Mengenal Tingkatan Affective Skills

Ilustrasi guru. Foto: Pexels.
Affective skills sangat diperlukan guna mewujudkan peserta didik yang cerdas, baik secara intelektual maupun emosional. Nantinya, kecerdasan emosional tersebut dapat memengaruhi keberhasilannya di masa depan.
Affective skills merujuk pada keterampilan yang berhubungan dengan perasaan siswa. Ini mencakup sikap, nilai, keyakinan, penghargaan, minat, serta motivasi yang dipegang teguh oleh siswa.
Dalam ranah pembelajaran afektif, siswa diajarkan untuk lebih peka terhadap perubahan emosi dalam dirinya. Dengan begitu, ia bisa lebih baik dalam mengontrol semua tingkah lakunya..
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Belajar dan Pembelajaran oleh Husamah dan Yuni Pantiwati dkk (2016), taksonomi bloom membagi ranah afektif (affective skills) menjadi lima tingkatan, yakni sebagai berikut:

1. Penerimaan (Receiving)

Penerimaan adalah tingkatan ranah afektif yang paling rendah. Pada kategori ini, siswa diharapkan bisa mengenal, menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus yang diberikan kepadanya.
Meski siswa masih bersikap pasif, guru tetap harus memberikan stimulus yang optimal. Misalnya dengan mengajak siswa melihat pertunjukan wayang, meski siswa tersebut tidak begitu memahami inti cerita dan bahasa yang digunakan.

2. Merespons (Responding)

Responding adalah kategori affective skills yang membuat siswa berkeinginan untuk memberikan respons terhadap kegiatan, gagasan, ataupun pembelajaran di kelas. Dalam hal ini siswa diharapkan bisa menunjukkan inisiatif yang tinggi. Misalnya dengan bersedia memberikan tanggapan atas film dokumenter yang baru ditontonnya.
ADVERTISEMENT

3. Menghargai Nilai (Valuing)

Ilustrasi guru. Foto: Pexels.
Penghargaan terhadap nilai (valuing) membuat siswa meyakini dan menganggap bahwa suatu gagasan, benda, ataupun cara berpikir memiliki nilai yang berbeda. Di tingkat ini, siswa diharapkan bisa berperilaku baik tanpa diminta oleh siapa pun. Misalnya siswa menjadi rajin belajar karena ingin mendapat ranking.

4. Pengorganisasian (Organization)

Pada tahap organization, siswa diharapkan mampu mengorganisasikan nilai-nilai atau keyakinan-keyakinan yang ia pilih ke dalam satu sistem nilai, kemudian menentukan korelasi di antara keduanya.
Misalnya siswa yang rajin belajar akan meluangkan waktu untuk mengerjakan latihan soal dan mengulang materi. Ini dilakukan ketika waktu belajarnya terpakai untuk aktivitas lain.

5. Pengamalan (Characterization)

Pengamalan adalah kategori afective skills yang paling tinggi. Kategori ini berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam sistem nilai pribadi.
ADVERTISEMENT
Siswa yang telah mencapai tingkat characterization akan menerapkan nilai-nilai yang dianutnya dengan disiplin, tanpa paksaan siapa pun. Bahkan, ia tidak tergoda dengan iming-iming hadiah dari orang di sekitarnya.
Jika sudah berada di fase ini, siswa akan menganggap bahwa nilai yang bagus sangat penting untuk mewujudkan cita-citanya di masa depan. Maka, ia akan belajar dengan giat meskipun menjumpai banyak tantangan.
(GLW)