news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cemas Berlebih Akibat Virus Corona Bisa Picu Respons Psikosomatis, Apa Itu?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
30 Maret 2020 10:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gangguan psikomatis akibat virus Corona. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gangguan psikomatis akibat virus Corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Virus corona atau SARS-COV-2 memang menyebabkan kekhawatiran berlebih. Terlebih, belum banyak informasi yang didapat para ahli tentang virus corona jenis baru ini dan juga belum tersedia vaksin.
ADVERTISEMENT
Kecemasan merupakan respon psikologi yang wajar ketika menghadapi ketidakpastian. Namun, cemas berlebihan ternyata dapat menyebabkan gangguan psikosomatis. Dan ini telah dialami oleh beberapa orang selama pandemi corona.
Apa itu gangguan psikosomatis dan apa hubungannya dengan virus corona? Berikut penjelasannya:

Apa itu Gangguan Psikosomatis?

Dikutip dari Very Well Mind, istilah psikosomatis merujuk pada gejala fisik yang timbul karena dipengaruhi oleh pikiran dan emosi, bukan penyebab organik tertentu (misalnya cedera atau infeksi).
Gejala ini muncul ketika kecemasan yang terjadi terus menerus menyebabkan pusat rasa cemas di otak (Amigdala) terlalu aktif bekerja. Ketika ini terjadi, otak secara otomatis mengaktifkan mekanisme fight or flight (bertarung atau kabur), sehingga orang lebih waspada. Akhirnya, muncul gejala psikosomatis sebagai reaksi agar orang tetap siaga menghadapi ancaman.
ADVERTISEMENT

Hubungan Corona dan Gangguan Psikomatis

Berita tentang bertambahnya pasien positif corona dan korban meninggal dapat membuat siapa saja menjadi was-was. Apalagi jika berita buruk ini disampaikan dari waktu ke waktu.
Ada kalanya seseorang merasa tidak enak badan atau merasa mengalami demam. Orang yang bersangkutan mulai berpikir skenario tertular virus Corona.
Terkadang, kekhawatiran Anda menyebabkan tubuh menciptakan respons yang terasa seperti gejala COVID-19. Masalahnya, jika benar-benar menganggapnya sebagai bukti bahwa Anda benar-benar terjangkit virus, gejala bisa semakin memburuk akibat bertambahnya kecemasan.
Menurut dr Martina Paglia, seorang psikolog dalam Metro.co.uk, banyak orang mungkin mengalami gejala yang mirip dengan COVID-19 karena kecemasan. Keprihatinan tentang virus ini membuat sebagian orang meyakinkan diri sendiri bahwa gejala akan muncul pada mereka cepat atau lambat.
ADVERTISEMENT
Ketika diliputi kecemasan, pikiran tidak dapat membedakan antara bahaya nyata dan bahaya yang hanya berupa skenario dalam pikiran. Ketika merasa terancam, adrenalin mengalir ke seluruh tubuh, menyebabkan peningkatan kecemasan dan seringkali menyebabkan nyeri dada, sesak napas, dan demam.
Sebagaimana kita tahu, gejala virus Corona adalah berupa demam, batuk, dan sesak napas.
Ilustrasi virus Corona. Foto: Shutterstock

Hal yang Harus Dilakukan

Berusahalah untuk membatasi penggunaan media sosial atau hal lain yang dapat memicu kecemasan. Jika Anda memiliki riwayat kecemasan dan panic attack (serangan panik), ingatkan bahwa kemungkinan besar gejala yang dirasakan bersifat psikosomatis, bukan akibat virus corona.
Ketika ini muncul, berhentilah sejenak dan cobalah untuk rileks dan mengatur napas. Jika mereda, berarti gejala fisik yang dialami disebabkan oleh panik. Namun, jika Anda merasa benar-benar khawatir dan gejala terus menerus terjadi, tidak ada salahnya meminta bantuan profesional.
ADVERTISEMENT
(ERA)