Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal untuk Meningkatkan Kualitas Ibadah Umat Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
29 April 2022 8:11 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi khutbah Jumat. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi khutbah Jumat. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Khutbah merupakan kegiatan penyampaian nasihat atau pedoman mengenai agama Islam kepada jamaah terutama di hari Jumat. Khutbah yang disampaikan pada umumnya berisi motivasi atau dorongan semangat beribadah agar keimanan seseorang tidak pudar.
ADVERTISEMENT
Pembahasan atau tema yang diusung dalam khutbah Jumat bermacam-macam, biasanya menyangkut isu-isu yang sedang relevan dan berhubungan dengan Islam. Salah satu tema khutbah Jumat yang dapat diambil kali ini adalah tentang bulan Syawal yang datang setelah Ramadhan.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Ustadz Abdullah Faqih dalam buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun, makna dari Syawal sendiri secara harfiah adalah peningkatan. Artinya, umat Islam diharapkan mampu meningkatkan amal kebaikannya pada bulan Syawal dari ujian selama bulan Ramadhan serta membuktikan ibadahnya di bulan Ramadhan tidak sia-sia.
Oleh karenanya, sudah menjadi kewajiban bagi khatib untuk mengingatkan dan menyampaikan pesan-pesan keagamaan pada khutbah shalat Jumat. Sebagai inspirasi, berikut adalah contoh teks khutbah Jumat di bulan Syawal.
ADVERTISEMENT

Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal

Ilustrasi khutbah Jumat. Foto: Unsplash
Mengutip dari buku Khutbah Jumat Sejuta Umat yang ditulis Muhammad Khatib, S.Pd.I, khutbah yang dilakukan pada bulan Syawal dapat mengambil tema hakikat kemenangan di bulan Syawal atau meraih ampunan dari Allah SWT saat Ramadhan telah usai. Berikut adalah naskah khutbah Jumat di bulan Syawal yang dapat dijadikan sebagai referensi:
Judul: Hakikat Kemenangan di Bulan Syawal
Jama'ah Jum’ah yang dirahmati Allah.
Pada kesempatan yang mulia ini, tidak lupa, saya berpesan kepada kita sekalian. Marilah kita tetap dan selalu berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Terlebih lagi setelah kita selesai melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Dimana inti tujuannya adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa.
ADVERTISEMENT
Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah.
Kini kita tengah berada di bulan Syawal. Ramadhan meninggalkan kita. Tidak ada kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang di bawahnya, ataukah justru Allah telah memanggil kita. Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapatkan kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT atau tidak. Dua hal yang belum pasti inilah yang membuat sebagian besar ulama terdahulu berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadhan dapat diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga Sya’ban berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan berikutnya.
Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah.
ADVERTISEMENT
Secara etimologi, arti kata syawal adalah peningkatan. Hal itu merupakan target ibadah puasa. Pasca Ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman dapat meraih derajat ketakwaan, seorang Muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih dan putih. Sehingga di bulan Syawal ini kualitas keimanannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kualitas ibadah tetapi juga kualitas pribadinya, yang selama di bulan Ramadhan dilatih secara lahir dan batin.
Tentunya kita tidak ingin semua ibadah yang telah dilakukan dengan susah payah di bulan Ramadhan tidak membuahkan apa-apa yang bermanfaat untuk diri kita. Kita semua mengharapkan adanya perubahan yang signifikan, sekarang dan seterusnya. Menjadi orang-orang yang selalu taat dan patuh terhadap perintah Allah SWT, dan meninggalkan semua larangan-Nya. Bukankah kemuliaan seseorang itu tergantung pada ketaqwaannya?
ADVERTISEMENT
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Akan tetapi, fenomena yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sedia kala. Di antara indikatornya yang sangat jelas yaitu adanya perayaan Idul Fitri dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, dibukanya kembali tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup.
Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama di bulan Syawal. Na’udzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat limat waktu. Lantunan ayat suci Alquran juga jarang lagi terdengar di masjid-masjid, yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali membudaya. Bukankah ini semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih dan kembali penuh noda.
ADVERTISEMENT
Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah.
Apa yang terjadi sekarang ini juga menunjukkan kepada kita, bahwa ibadah puasa yang dijalankan selama sebulan penuh jelas gagal. Karena tidak mampu mengantarkan seorang untuk meraih derajat ketaqwaan dan mengubah menjadi Muslim sejati yang menjadi tujuan utama puasa Ramadhan. Padahal banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kita jadikan sebagai ukuran seberapa tinggi nilai prestasi ibadah kita. Kata para ulama keberhasilan seseorang di bulan Ramadhan itu diukur dengan amal perbuatannya setelah bulan Ramadhan. Orang yang berhasil mendapatkan ampunan dan mendapatkan pahala yang besar akan semakin rajin beribadah dan semakin baik akhlaknya. Sebaliknya orang yang tidak mendapatkan ampunan akhlak perbuatannya tidak akan berubah bahkan mengalami kerugian di bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang mengatakan, ketika kita masuk bulan Syawal berarti kita menuju kemenangan dalam melawan hawa nafsu. Kita dikatakan kembali suci. Namun, benarkah kita meraih kemenangan tersebut? Benarkah kita kembali suci setelah beribadah puasa sebulan penuh? Tentu saja, pertanyaan tersebut kembali kepada diri kita, apakah selama bulan Ramadhan kita betul-betul tulus dalam beribadah, apakah puasa yang dijalankannya betul-betul atas dasar iman dan semata-mata hanya mencari ridho Allah? Jika kita tidak demikian, maka kita termasuk orang-orang yang gagal dalam meraih kemenangan bulan Ramadhan tersebut.
Ilustrasi khutbah. Foto: Unsplash
Hadirin Jama'ah Jum’ah rahimakumullah.
Di bulan Syawal ini, marilah kita selalu berintropeksi diri dan melakukan evaluasi terhadap nilai amal ibadah kita, dengan tujuan agar setelah Ramadhan berlalu kita menjadi lebih baik dari bulan-bulan selain Ramadhan. Alangkah naifnya kita ini, sudah diberi kesempatan di bulan suci yang penuh ampunan dan rahmat, masih saja tidak berubah atau mungkin lebih parah. Hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga dan tidak akan kita ulangi lagi. Kita juga harus ingat peringatan Rasulullah dalam sabdanya:
ADVERTISEMENT
“Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia.” (HR. Al Hakim)
Kemudian apa yang mesti kita lakukan untuk memulai lembaran baru di bulan Syawal ini?
Berangkat dari kaidah umum dari hadits Nabi tersebut, dan mengingat makna bulan Syawal, maka yang harus dilakukannya adalah istiqomah yaitu menetapi agama Allah dan berjalan lurus di atas ajaranya. Sebagaimana yang telah diperintahkan:
فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
“Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112)
Bentuk istiqamah dalam amal ibadah adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits Nabi:
ADVERTISEMENT
“Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinu) meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Istiqamah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus. Berpegangan pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh. Tidak mudah goyah dalam keadaan bagaimanapun. Sifat yang mulia ini menjadi tuntunan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Katakanlah wahai Muhammad, “Sesungguhnya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada Aku bahwa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang satu, maka hendaklah kamu teguh atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-Nya).” (QS. Fushilat: 6)
Istiqamah merupakan daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntunan Islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan. Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah baik fardhu ain atau fardhu kifayah keduanya memerlukan istiqamah. Istiqamah juga merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak berubah oleh pengaruh apapun. Sikap ini akan memotivasi seseorang untuk terus berusaha dalam mencapai kesuksesan di segala bidang. Bidang agama, politik, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan perniagaan.
ADVERTISEMENT
Hadirin Jamaah Jum’ah rahimakumullah
Jika demikian halnya maka amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap diperhatikan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca Alquran setiap hari, sholat malam yang sebelumnya kita lakukan dengan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan sholat tahajud dan witirnya. Infaq dan shodaqoh yang telah kita lakukan juga harus dipertahankan. Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan.
Memang tidak banyak amalan yang khusus di bulan Syawal dibandingkan pada bulan-bulan yang lainnya. Akan tetapi, Allah telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa Syawal. Ini juga bisa dimaknai sebagai tolak ukur dalam rangka meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Dan keistimewaan puasa sunnah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun.” (HR. Muslim)
Jama'ah Jum’ah yang dirahmati Allah.
demikian lah khutbah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga menjadi semangat bagi kita semua untuk lebih meningkatkan mutu dalam beribadah, baik ibadah spiritual maupun ibadah sosial. Kita memohon kepada Allah, semoga keberkahan Ramadhan terus menyertai kita, meskipun kita telah meninggalkannya. Aamiin.
(IMR)