Kapan Malam 1 Suro 2022 Tiba? Ini Tradisi dan Maknanya bagi Masyarakat Jawa

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
29 Juli 2022 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tarian Dhadak Merak tampil di atas panggung pada acara Pembukaan Perayaan Grebeg Suro di Alun-alun Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (21/7/2022). Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo
zoom-in-whitePerbesar
Tarian Dhadak Merak tampil di atas panggung pada acara Pembukaan Perayaan Grebeg Suro di Alun-alun Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (21/7/2022). Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Malam satu suro menjadi tanda masuknya bulan pertama Islam dalam sistem kalender Jawa. Kalender ini pertama kali diterbitkan oleh Raja Mataram Islam, Sultan Agung Hanyokrokusumo yang menjabat pada tahun 1613-1645.
ADVERTISEMENT
Mengutip Sejarah: Untuk kelas 2 SMA tulisan M. Habis Sutopo, kalender Jawa merupakan perwujudan akulturasi antara kalender Hijriah dan kalender Saka. Jadi, angka tahunnya tetap meneruskan tahun Saka, namun perhitungan tanggalnya diambil dari kalender Hijriah yang menggunakan sistem bulan (lunar system).
Nama-nama bulan dalam tahun Jawa juga sudah disesuaikan dengan tahun Hijriah. Misalnya bulan Syafar, Rajab, dan Dzulqaidah dalam kalender Jawa diucapkan dengan Sapar, Rejeb, dan Dulkangidah. Adapun nama bulan yang berbeda sama sekali, seperti Muharram berubah menjadi Suro dan Ramadhan menjadi Poso.
Ketika malam satu suro tiba, biasanya masyarakat Jawa mengadakan beragam tradisi. Ada yang mengisinya dengan kegiatan mengaji, iring-iringan kirab, hingga berendam di sumber mata air.
Pertanyaannya, jatuh pada tanggal berapa malam 1 Suro 2022 ini? Untuk mengetahuinya, simak penjelasannya berikut ini.
Putri Sultan HB X GKR Mangkubumi secara simbolis menyerahkan bendera merah putih saat tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng di Keraton Yogyakarta. Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Perayaan Malam 1 Suro 2022 dan Tradisinya

Merujuk pada perhitungan kalender Jawa, malam Satu Suro 2022 jatuh pada 29 Juli 2022 dan baru dimulai ketika memasuki waktu Maghrib. Mengapa demikian? Sebab, pergantian hari di Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.
ADVERTISEMENT
Malam satu Suro ini sangat kental dengan budaya Jawa. Menurut situs Peta Budaya milik Kemdikbud RI, berbagai daerah di Jawa memiliki tradisi masing-masing di antaranya:

1. Kungkum

Tradisi Kungkum merupakan kegiatan adat yang dilakukan masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Tradisi ini diisi dengan berendam di sungai sebagai bentuk introspeksi diri. Masyarakat gemar melakukan tradisi Kungkum di daerah Tugu Soeharto, Keluarhaan Bedan Dhuwur, Kecamatan Gajah Mungkur.

2. Mubeng Benteng

Perayaan Mubeng Benteng dilakukan di daerah Keraton Yogyakarta pada malam satu Suro. Tradisi ini dilakukan dengan membuat iring-iringan kirab yang membawa benda pusaka seperti keris hingga hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng.

3. Kirab Kebo Bule

Tradisi Kirab Kebo Bule dilakukan Keraton Kasunanan Surakarta setiap malam satu Suro. Kerbau dipilih sebab merupakan hewan kesayangan Paku Buwono II yang diperolehnya dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo.
ADVERTISEMENT
Kerbau ini diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) saat Paku Buwuno II pulang dari mengungsi di Pondok Tegalsari akibat adanya pemberontakan yang membakar istana Kartasura.

4. Grebeg Suro

Tradisi Jawa ini merupakan wujud rasa syukur dan bahagia warga Ponorogo, Jawa Timur dalam menyambut malam satu Suro. Diperkirakan Grebeg Suro sudah dimulai pada tahun 1980-an saat seniman reog menyambutnya dengan melakukan tirakatan sepanjang malam.

5. Larung Sesaji

Larung Sesaji merupakan tradisi Jawa malam satu Suro yang dilakukan masyarakat Blitar, tepat di kawasan pantai selatan. Tradisi yang memiliki nama lain Larungan ini merupakan ungkapan syukur masyarakat atas hasil laut yang diperoleh selama setahun sekaligus memohon agar dijauhkan dari rintangan di masa depan.
(VIO)