Kisah Nabi Muhammad yang Patut Diteladani di Momen Maulid Nabi

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2020 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Nabi Muhammad yang Perlu Diteladani. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Kisah Nabi Muhammad yang Perlu Diteladani. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah di Mekah. Beliau dilahirkan ke dunia sebagai pembawa kabar gembira (bashiran) dan peringatan (nadhiran) kepada umat manusia. Bahkan sebelum menjadi rasul Allah, Nabi Muhammad merupakan orang yang paling santun dan jujur di antara kaumnya.
ADVERTISEMENT
Memasuki usia ke-40, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya dari Allah SWT di Gua Hira. Sejak saat itu, beliau menjadi Khataman Nabiyyin atau nabi paling akhir yang mengemban misi untuk menyempurnakan ajaran Allah yang telah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya.
Betapa besar pengaruh Rasulullah SAW terhadap umat Islam, hingga Salahuddin Al Ayubbi memerintahkan agar hari kelahiran sang Nabi dirayakan secara massal. Di momen Maulid Nabi, umat muslim dianjurkan untuk meneladani sikap Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah beberapa kisah Rasulullah yang patut dicontoh, tidak hanya untuk kaum muslimin tetapi juga banyak orang.

Membalas Kebencian dengan Cinta Kasih

Ilustrasi cinta kasih. Foto: Pexels
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam tidaklah mudah. Hinaan dan cacian dari kaum Quraisy kerap beliau terima. Meski demikian, Rasulullah tidak sekalipun membenci orang yang bertentangan dengannya.
ADVERTISEMENT
Dari Mu’az bin Jabal R.A, Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya dan pergauliah manusia dengan akhlak yang baik,” (HR At Tirmidzi).
Melansir dari buku Sirrah Nabawiyah karya Abdul Hasan 'Ali al Hasani an-Nadwi, Rasulullah rutin menyuapi seorang pengemis buta, namun justru dibalas cacian. Kala itu si pengemis tidak tahu bahwa orang yang biasa datang menyuapinya adalah Nabi Muhammad.
Ia kerap menghina Nabi Muhammad di hadapan setiap orang yang ditemuinya, termasuk kepada sang Nabi sendiri. Meski demikian, Nabi Muhammad tetap menemui dan menyuapi si pengemis setiap hari.
Hingga pada suatu saat, si pengemis merasa langkah kaki dan nada bicara orang yang menyuapinya berbeda. Orang tersebut adalah Abu Bakar As-Siddiq. Dari Abu Bakar-lah si pengemis mengetahui bahwa orang yang membantunya selama ini adalah Nabi Muhammad.
ADVERTISEMENT
Dan ia baru mengetahuinya ketika sang Nabi telah wafat. Ia pun menyesal dan kemudian memutuskan untuk masuk Islam.

Menegakkan Keadilan

Keadilan. Foto: Pixabay
Dalam Surat An-Nisa, Allah SWT memerintahkan agar umat Islam selalu berusaha berlaku adil. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil,” (QS al-Nisa’: 58).
Hal ini juga dipraktikkan oleh Rasulullah. Dikisahkan, suatu hari ketika sang Rasul merasa ajalnya telah dekat, beliau meminta para sahabatnya untuk mengaku apabila ia pernah menyakiti hati mereka.
Seseorang memberi tahu bahwa ia terkena tongkat komando Rasulullah pada saat Perang Badar. Nabi Muhammad pun berniat melakukan qishos (hukuman balasan) untuk dirinya sendiri menggunakan tongkat komando yang sama.
ADVERTISEMENT
Ali bin Abi Tholib, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab menawarkan diri untuk menggantikan Rasulullah, namun beliau menolak. Sahabat yang tersakiti oleh tongkat nabi tersebut mengatakan bahwa saat itu ia tidak mengenakan pakaian. Atas nama keadilan, Nabi Muhammad pun melepas pakaiannya.
Namun, sang sahabat malah merangkul Nabi Muhammad SAW dan mengaku ia tidak pernah berniat untuk menghukum sang Nabi. Ia hanya ingin melihat kulit Rasulullah SAW dan memeluknya.
(ERA)