Kronologis Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2021 17:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang terjadi pada 28 Oktober 1928 tersebut merupakan wujud kesadaran para pemuda sebagai manusia yang ingin lepas dari penjajahan. Para pemuda bertekad memerdekakan Indonesia dan menjadikannya negara yang bebas dan sejahtera.
Ikrar Sumpah Pemuda di masa lalu menjadi pelecut bagi jiwa setiap generasi muda untuk bergerak memajukan Indonesia. Dengan mengenang Sumpah Pemuda dan memaknainya, semangat berbangsa dan bernegara akan selalu berkobar dalam raga.
Agar semakin memaknai peristiwa Sumpah Pemuda, kita harus memahami kronologis peristiwanya. Lalu, seperti apakah kronologis peristiwa Sumpah Pemuda? Simak uraian berikut.
Kronologis Peristiwa Sumpah Pemuda
Mengutip buku Makna Sumpah Pemuda oleh Srii Sudarmiyatun, kronologis peristiwa Sumpah Pemuda bermula dari Kongres Pemuda II yang digagas oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Pada akhirnya, tiga rapat pun digulirkan di tiga gedung berbeda.
ADVERTISEMENT
1. Rapat pertama
Rapat pertama digelar pada Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, ketua PPPI, Soegondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
2. Rapat kedua
Rapat kedua digelar pada Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop. Rapat ini membahas tentang masalah pendidikan. Kedua pembicara, yakni Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan serta keseimbangan dalam pendidikan di sekolah dan di rumah. Selain itu, anak juga harus dididik secara demokratis.
ADVERTISEMENT
3. Rapat ketiga
Rapat ketiga digulirkan di Jalan Kramat Raya 106. Pada sesi berikutnya ini, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan bahwa gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup, lagu 'Indonesia Raya' karya Wage Rudolf Supratman diputarkan. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia atau Sumpah Pemuda. Berikut isi rumusannya dilansir dari museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id:
Pertama.
Kami poetra dan poetri Indonesia,
mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kedoea.
Kami poetra dan poetri Indonesia,
mengakoe berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.
Ketiga.
Kami poetra dan poetri Indonesia,
mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.
(AFM)