Konten dari Pengguna

Manfaat Program Roots dalam Kasus Perundungan di Lingkungan Sekolah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
4 April 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bullying di Korea Selatan. Foto: CGN089/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bullying di Korea Selatan. Foto: CGN089/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Roots merupakan program yang dibuat Kemendikbudristek dengan UNICEF Indonesia untuk menanggulangi masalah perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Manfaat program Roots sangat banyak, khususnya soal pencegahan kasus kekerasan fisik maupun verbal di sekolah.
ADVERTISEMENT
Program ini sudah berjalan sejak tahun 2021 dan terus melibatkan lebih banyak guru serta siswa dari seluruh Indonesia. Pada pelaksanaannya, dipilih sejumlah siswa yang disebut Agen Perubahan untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai kebaikan serta anti-kekerasan di sekolah.
Sementara itu, guru akan bertindak sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk menindaklanjuti laporan perundungan di sekolah. Dengan begitu, polemik perundungan bisa dihapuskan dan sekolah kembali menjadi lingkungan yang nyaman serta aman untuk belajar.

Manfaat Program Roots

Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
Jika merujuk pada tujuan didirikannya Roots, manfaat yang dapat dirasakan dengan keberadaan program ini yaitu:
ADVERTISEMENT

Tahapan Program Roots

Ilustrasi perundungan atau bullying. Foto: Shutterstock
Mengutip laman Kemdikbud, dalam mengatasi perundungan atau bullying di sekolah, ada beberapa tahapan yang dilakukan program Roots, yakni:

1. Melakukan Survei

Tahapan awal adalah melakukan survei kepada seluruh peserta didik dan guru seputar perundungan di lingkungan sekolahnya. Mereka akan diberikan pertanyaan-pertanyaan simpel, seperti pernahkah ia menjadi korban perundungan, apa yang dilakukan ketika melihat perundungan, dan sebagainya.
Survei ini dilakukan secara anonim agar identitas responden tetap terjaga kerahasiaannya sehingga bisa lebih jujur dalam menjawab pertanyaan. Nantinya, hasil survei ini akan dijadikan landasan pemetaan tindakan selanjutnya.

2. Pemilihan Agen Perubahan

Pemilihan Agen Perubahan di kalangan siswa menggunakan metode jejaring sosial. Caranya, setiap peserta didik di setiap angkatan akan diminta menuliskan 10 nama teman terdekatnya.
ADVERTISEMENT
Metode ini dilakukan untuk mengetahui peserta didik mana saja yang paling berpengaruh dan didengar oleh teman-temannya. Nantinya, akan dipilih sekitar 40 Agen Perubahan di sekolah.

3. Pelatihan Agen Perubahan

Para Agen Perubahan yang sudah terpilih akan menjalani sesi pelatihan selama 15 pertemuan. Pelatihan ini mencakup pemberian materi seputar perundungan dari fasilitator.
Fasilitator bisa berasal dari guru di sekolah ataupun pembina ekstrakurikuler. Dengan catatan, mereka haruslah sosok yang dekat dan dapat dipercaya para Agen Perubahan.

4. Kampanye Anti-perundungan

Setelah mendapatkan pelatihan, sekolah bisa mengadakan kampanye anti perundungan. Acara ini wajib diikuti seluruh warga sekolah. Bentuk acaranya bisa berupa penandatanganan deklarasi anti perundungan, pertunjukan seni, ataupun ide-ide kreatif lainnya.

5. Evaluasi Program

Lakukan survei ulang dan evaluasi usai program Roots dijalankan. Tujuannya untuk melihat apakah ada perubahan pada tingkat kasus perundungan atau tidak.
ADVERTISEMENT
Jika program berhasil, maka kasus perundungan akan turun. Namun, apabila ternyata semakin banyak yang melaporkan kasus perundungan, bisa dibilang berarti tidak banyak warga sekolah yang semakin peduli dan sadar terhadap isu ini.
(DEL)