Mengenal Apa Itu Inner Child dan Tanda-tandanya Jika Terluka

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
25 April 2022 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi inner child. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi inner child. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Inner child adalah salah satu istilah yang sering diperbincangkan belakangan ini. Istilah psikologi ini kerap digunakan seseorang ketika menceritakan luka batin masa kecilnya.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang menganggap bahwa tingkah laku seseorang ketika dewasa dipengaruhi oleh inner child di dalam dirinya. Faktanya, inner child memang terbentuk dari pengalaman seseorang saat masih kanak-kanak.
Lantas, apa itu inner child dan bagaimana cara mengenalinya dalam diri sendiri? Untuk mengetahuinya, simak ulasan lengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Apa Itu Inner Child?

Ilustrasi inner child. Foto: Unsplash
Menurut Psychology Today, inner child adalah sekumpulan peristiwa masa kecil, baik maupun buruk, yang membentuk kepribadian seseorang ketika beranjak dewasa.
Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda. Beberapa dari mereka mungkin harus melewatinya dengan penuh luka. Sisa luka dari masa kecil tersebut bisa meninggalkan efek traumatis dan membuat sebagian dari diri tidak ikut tumbuh dewasa. Bagian inilah yang disebut dengan inner child.
ADVERTISEMENT
Secara tidak sadar, beberapa orang dewasa akan terus dipengaruhi atau dikendalikan oleh inner child mereka. Bisa jadi, suatu keputusan yang diambil bukanlah berdasarkan pemikiran dewasanya, melainkan inner child yang terluka secara emosional dan menguasai pikirannya.

Penyebab Inner Child Terluka

Ilustrasi inner child. Foto: Unsplash
Seperti yang dijelaskan, setiap orang memiliki perjalanan hidupnya masing-masing. Itu sebabnya, ada banyak hal yang bisa membuat inner child dalam diri terluka.
Beberapa di antaranya mungkin terlihat wajar terjadi pada anak-anak. Padahal, hal-hal itulah yang meninggalkan luka dalam dan membekas hingga dewasa.
Mengutip situs Lion Hearted Counseling, hal-hal berikut ini mungkin bisa menjadi penyebab inner child dalam diri terluka:
ADVERTISEMENT

Tanda-tanda Inner Child terluka

Ilustrasi inner child. Foto: Unsplash
Berdamai dengan inner child, dalam artian menerima peristiwa dan menyembuhkan luka masa kecil, penting untuk menumbuhkan kedewasaan secara psikologis.
Sebelumnya, seseorang tentu harus memahami apakah luka masa lalu mereka membuat berpengaruh pada inner child. Merangkum situs Power of Positivity, berikut tanda-tanda inner child terluka.

1. Mementingkan Kepentingan Orang Lain daripada Diri Sendiri

Seseorang dengan inner child yang terluka cenderung tidak bisa membuat batasan dengan orang lain. Alhasil, ia kerap menempatkan kepentingan pribadi di nomor sekian dan merasa bertanggung jawab untuk memikirkan kepentingan serta kebutuhan orang lain.
Salah satu ciri yang paling mudah dikenali adalah sulit untuk mengatakan “tidak”. Sekalipun itu akan menyulitkan diri sendiri, mereka rela melakukan apa pun demi orang lain.

2. Kurang Percaya Diri

Kurang percaya diri juga bisa menjadi pertanda inner child yang terluka. Biasanya orang dengan sifat ini akan menganggap dirinya selalu kurang dari orang lain dan terus mengkritik diri sendiri.
ADVERTISEMENT

3. Krisis Identitas

Karena selalu merasa kurang percaya diri, seseorang biasanya akan mengubah perilakunya sesuai dengan apa yang diinginkan lingkungan sekitar. Sampai pada akhirnya ia tidak mengenal dirinya sendiri.

4. Sangat Kompetitif

Merasa harus selalu menjadi yang terbaik dan “di atas”. Kegagalan bukanlah pilihan bagi orang-orang yang memiliki luka batin masa kecil. Mereka cenderung berusaha menjadi lebih sempurna agar bisa diterima orang lain.

5. Memiliki Masalah Emosi

Kesulitan mengendalikan amarah dan mudah menangis bisa menjadi salah satu tandanya. Luka dari masa kecil yang terus tersimpan hingga dewasa mungkin membuat seseorang memiliki kecenderungan bersikap pasif agresif atau terlalu agresif.
(ADS)