Mengenal Sariamin Ismail, Novelis Wanita yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
31 Juli 2021 9:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sariamin Ismail Foto: Google
zoom-in-whitePerbesar
Sariamin Ismail Foto: Google
ADVERTISEMENT
Sabtu (31/7), Google Doogle menghadirkan sosok Sariamin Ismail yang merupakan novelis wanita pertama di Tanah Air. Dirinya juga dikenal dengan nama pena Selasih.
ADVERTISEMENT
Dalam laman tersebut, Sariamin Ismail tampak mengenakan pakaian adat Minang sembari menulis. Kehadirannya menggantikan huruf "O" pada kata "Google" yang berhiaskan tanaman hijau merambat.
Kehadiran ilustrasi ini menjadi bentuk peringatan hari lahir Sariamin Ismail yang jatuh pada 31 Juli. Di samping itu, gambar ini juga berupaya mengapresiasi karya-karya Selasih di dunia sastra Indonesia.
Bagi Anda yang penasaran dengan sosok Sariamin Ismail, yuk simak ulasan di bawah ini!

Sosok Sariamin Ismail, Novelis Wanita Pertama di Indonesia

Sariamin Ismail lahir pada 31 Juli 1909 di Talu, Pasaman, Sumatera Barat. Dirinya merupakan seorang novelis, cerpenis, dan penyair Tanah Air.
Sariamin Ismail memiliki beberapa nama samaran, di antaranya Selasih, Seleguri, Seri Tanjung, Dahlia, Ibu Sejati, Seri Gunting, Kak Sarinah, Bunda Kandung, hingga Mande Rubiah.
ADVERTISEMENT
Mengutip situs resmi Kemdikbud, penulis ini merupakan anak dari Laur Datuk Rajo Melintang yang bekerja sebagai petani dan pemborong kayu-kayu perumahan.
Ketika masih kecil, ia diberikan nama Basariah, namun dirinya sering sakit-sakitan. Karenanya, nama Basariah diganti dengan nama Sari Amin.
Selasih sempat mengenyam pendidikan di Meisjes Normaalschool (Sekolah Guru Perempuan) di Padang Panjang pada 1921-1925. Lalu pada masa penjajahan Jepang, dirinya menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pendidikan zaman Jepang atau Jo Kien Sihan Gakkon selama setahun di Padang Panjang.
Dirinya juga pernah belajar di sekolah Samilussalam milik Ja'afar Jambek di Bukit Tinggi. Sejak belajar di tempat tersebut, Sariamin Ismail semakin dekat dengan agama Islam hingga akhirnya aktif dalam organisasi Islam.
Ilustrasi Sariamin Ismail merupakan seorang penulis Foto: Unsplash
Selasih menikah dengan Ismail pada 1941. Dari hasil pernikahannya, ia dianugerahi dua orang putri bernama Suhartini dan Surhayati. Dia juga mendapatkan empat orang cucu.
ADVERTISEMENT
Usai menikah, Sariamin Ismail sempat mengajar di beberapa sekolah seperti Shcahelschool, SMA Setia Darma, hingga SMA Negeri.Tidak hanya mengajar, dirinya juga terjun di bidang politik dan sosial.
Selasih pernah menjabat sebagai Sekretaris Serikat Dagang Bengkulu, Ketua Jong Islamieten Bong Dames Afdeling Cabang Bukittinggi, anggota DPRD Riau, Pengurus Wanita Islam, dan Pengurus Persatuan Wredatama RI.
Semasa hidupnya, Selasih sudah melahirkan banyak karya baik dalam bentuk puisi, cerpen, novel, ataupun artikel. Sebut saja "Kalau Tak Untung" (1993), "Kembali ke Pangkuan Ayah" (1982), "Seserpih Pinang Sepucuk Sirih" (1979), "Nahkoda Lancang" (1982), "Cerita Kak Murai" (1984), hingga "Cerito Kukuah Kekek" (1985).
Pada 15 Desember, 1995, Sariamin Ismail meninggal dunia di Pekanbaru di usia 86 tahun. Meski telah tiada, sosok dan karya-karyanya akan terus diingat oleh masyarakat Tanah Air.
ADVERTISEMENT
(GTT)