Profil Bung Tomo, Pengobar Semangat Masyarakat Surabaya dalam Melawan Penjajah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2020 8:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bung Tomo. Foto: Wikipedia
zoom-in-whitePerbesar
Bung Tomo. Foto: Wikipedia
ADVERTISEMENT
Foto Sutomo atau yang lebih dikenal Bung Tomo saat memberikan pidato menjadi momen ikonik sepanjang masa. Suaranya yang berapi-api dan menggelegar tentu akan selalu dikenang.
ADVERTISEMENT
Pidato retorisnya itu mampu membangkitkan semangat juang masyarakat Surabaya untuk menghadapi kembalinya penjajah Belanda melalui Netherlands Indie Civil Administration (NICA). Perlawanan tersebut berujung pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Lahir pada 3 Oktober 1920, Bung Tomo berasal dari keluarga kelas menengah. Mengutip dari Kisah Bung Tomo (2008), ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo yang pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, staf pribadi di perusahaan swasta, dan lainnya. Sedangkan ibunya yang bernama Subastita memiliki darah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.
Bung Tomo memang sudah memiliki karakter penuh semangat dan kerja keras sejak kecil. Ia pernah menempuh pendidikan sekolah menengah pertama di MULO, tetapi terpaksa meninggalkannya di usia 12 tahun. Ia menyelesaikan sekolah menengah atasnya melalui korespondensi, meski tak pernah lulus secara resmi.
ADVERTISEMENT
Saat itu, ia juga bergabung dengan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI), sebagai salah satu pengganti pendidikan formalnya. Namanya dikenal setelah lulus ujian Pandu Garuda Kelas 1 di usia 17 tahun. Ini adalah sebuah pencapaian karena pada masa itu, hanya ada tiga orang yang berhasil meraih predikat Pandu Garuda di Hindia Belanda (Indonesia).
Bung Tomo pernah menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang dipelopori Jepang pada 1944. Hampir tak ada yang mengenalinya di sana. Ia mempersiapkan hal ini untuk peranannya yang sangat penting.
Ia juga pernah terjun ke dalam dunia politik, tetapi tak berlangsung lama. Bung Tomo pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran, Menteri Sosial Ad Internim, dan anggota DPR mewakili Partai Rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bung Tomo meninggal saat menjalankan ibadah Haji. Jenazahnya dimakamkan di Surabaya di Tempat Pemakaman Umum Ngagel. Ia mendapatkan gelar pahlawan pada 9 November 2007 atas desakan Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar kepada pemerintah.
(FEP)