Sambut Hari Pahlawan, Ini Profil Bung Tomo dan Isi Pidatonya yang Berapi-api

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
3 November 2020 11:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: dok. Perpustakaan Nasional
zoom-in-whitePerbesar
Foto: dok. Perpustakaan Nasional
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peringatan Hari Pahlawan 10 November tidak lepas dari kisah pertempuran besar yang terjadi di Surabaya 75 tahun lalu. Kala itu, para pemuda Surabaya dan sekitarnya harus membela kemerdekaan dan harga diri bangsa di hadapan pasukan Inggris.
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah negara yang baru lahir, Indonesia kala itu belum memiliki persenjataan dan teknologi secanggih Inggris. Jika nekat melawan, maka pertumpahan darah tidak dapat dihindari. Meski memahami konsekuensinya, inilah jalan yang dipilih oleh rakyat Surabaya kala itu.
Bung Tomo adalah sosok yang mengobarkan semangat perlawanan rakyat melalui pidatonya. Selain sebagai Pahlawan Nasional, tidak banyak yang tahu siapa sosok Bung Tomo sebenarnya.
Nah, untuk menyambut Hari Pahlawan, mari simak profil dan isi pidato Bung Tomo yang legendaris:

Profil Bung Tomo

Bung Tomo yang memiliki nama lengkap Sutomo lahir di Kampung Blauran, Surabaya, pada 2 Oktober 1920. Ayahnya, Kartawan Tjiptowidjojo termasuk golongan kelas menengah yang pernah menjadi pegawai pemerintah Belanda.
ADVERTISEMENT
Ketika remaja, Bung Tomo bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) yang merupakan organisasi pandu nasionalis era kolonial. Pada 1927 di usia 17 tahun, Bung Tomo menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang meraih Scout Eagle (Pandu Garuda).
Bung Tomo pernah menjadi wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem pada 1937, redaktur Majalah Pembela Rakyat, serta harian Ekspres pada 1939. Pada masa pendudukan Jepang, beliau bekerja di kantor berita Domei milik pemerintah Jepang.
Bung Tomo kemudian mendirikan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) di Surabaya. Beliau memimpin laskar tersebut dari 12 Oktober 1945 hingga Juni 1947.
Pada pertempuran Surabaya yang terjadi setelah kemerdekaan, beliau menjadi sosok pengobar semangat arek-arek Surabaya ketika melawan tentara Sekutu. Kala itu, Bung Tomo tidak memiliki pangkat militer. Namun semangatnya menginspirasi para pejuang Indonesia untuk tidak gentar melawan penjajah.
ADVERTISEMENT
Paska pertempuran Surabaya, Bung Tomo ditarik ke Markas Besar Umum Tentara Keamanan Rakyat dan diberi pangkat militer Jenderal Mayor.
Beliau kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.
Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah ketika sedang menunaikan ibadah haji. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Tomo tepat di Hari Pahlawan 10 November 2008.

Isi Pidato Bung Tomo

Bung Tomo dan sejarah hari pahlawan. Foto: Wikipedia
Pada 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya dan bertanggung jawab atas kematian petinggi militer Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Bung Tomo merupakan salah satu tokoh yang menggelorakan perlawanan rakyat untuk menghadapi Inggris melalui pidatonya yang berapi-api. Berikut adalah isi pidatonya:
Bismillahirrohmanirrohim..
Merdeka!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.
Kita semuanya telah mengetahui.
Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara.
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,
Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,
Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera,
Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.
Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.
Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.
Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.
Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.
Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara kita semuanya.
ADVERTISEMENT
Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu,
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya.
Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia.
Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Dengarkanlah ini tentara Inggris.
Ini jawaban kita.
Ini jawaban rakyat Surabaya.
Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.
Hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.
Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.
Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita:
ADVERTISEMENT
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga.
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak,
Baru kalau kita ditembak,
Maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara.
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara.
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
ADVERTISEMENT
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!!!
(ERA)