Sejarah Hari Kartini yang Diperingati Setiap 21 April

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
15 April 2021 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kartini. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kartini. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
RA Kartini menjadi salah satu sosok yang menyumbang jasa besar bagi Tanah Air. Beliau dikenal sebagai Pahlawan Nasional yang terus memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berbekal tekad dan perjuangannya, Kartini berhasil membebaskan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari. Jasa Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita diapresiasi dengan peringatan Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April.
Lalu, bagaimana sejarah awal dari peringatan Hari Kartini? Simak ulasannya disini.

Sejarah Hari Kartini

RA Kartini foto: Wikimedia Commons
Hari Kartini bermula dari keinginan Kartini untuk memajukan wanita pribumi. Mengutip situs Kemdikbud, RA Kartini berasal dari keluarga bangsawan, sehingga dirinya mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan.
Kartini bersekolah di Europese Lagere School alias ELS. Setelah lulus dari sekolah itu, ia tidak diizinkan untuk melanjutkan studi. Sebab, saat itu wanita hanya boleh bersekolah hingga usia 12 tahun. Setelah mencapai usia tersebut, mereka harus dipingit dan menunggu waktu untuk dinikahkan.
ADVERTISEMENT
Selama menetap di rumah, Kartini tidak tinggal diam. Beliau mengumpulkan berbagai buku, surat kabar, dan majalah kebudayaan Eropa yang berbahasa Belanda. Beberapa di antaranya buku karya Louis Coperus, Van Eeden, Augusta de Witt, hingga Multatuli.
Bacaan tersebut membuka pikiran Kartini, beliau ingin wanita di Indonesia juga memiliki ilmu pengetahuan luas dan pikiran maju layaknya wanita Eropa. Beliau juga bertekad untuk meningkatkan derajat wanita pribumi yang status sosialnya sangat rendah.
Pada 12 November 1903, Kartini menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Beruntung, sang suami mendukung cita-citanya dan memperbolehkan dirinya untuk membangun sekolah wanita.
Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan seorang anak yang bernama Soesalit Djojohadhiningrat. Beberapa hari kemudian, beliau menghembuskan napas terakhirnya di usia 25 tahun.
ADVERTISEMENT
Setelah RA Kartini meninggal dunia, surat-suratnya dibukukan oleh Mr. J.H Abendanon yang menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia kala itu. Buku tersebut bertajuk Door Duisternis tot Licht atau Dari Kegelapan Menuju Cahaya.
Penduduk pribumi tidak dapat membaca pemikiran Kartini lantaran tidak mahir berbahasa Belanda. Pada 1922, buku tersebut akhirnya diterjemahkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Pada 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan instruksi Keppres RI No. 108 Tahun 1964 yang memuat penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Selain itu, Soekarno juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Peringatan tersebut bertepatan dengan tanggal lahir beliau yang jatuh pada 21 April 1879.
(GTT)