Sejarah Hari Kebangkitan Nasional: Mengapa Diperingati Setiap 20 Mei?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
20 Mei 2020 9:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pelajar STOVIA dan anggota Boedi Oetomo. Foto: kemdikbud.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Pelajar STOVIA dan anggota Boedi Oetomo. Foto: kemdikbud.go.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Peringatan ini bercikal bakal dari pendirian organisasi Boedi Oetomo pada 1908 silam.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, sejarah Indonesia memasuki babak baru, yaitu masa pergerakan nasional. Ini adalah masa bangkitnya semangat persatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebelumnya, perjuangan secara fisik dan bersifat kedaerahan belum efektif melawan penjajah. Untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada hari ini, Rabu (20/5) simak sejarah lengkapnya berikut ini.

Berdirinya Boedi Oetomo

Pada 20 Mei 1908, Boedi Oetomo didirikan oleh sejumlah mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA). Pelopor organisasi ini adalah Soetomo, Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, R. Angka Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, R. Mas Goembrek, Soeradji Tirtonegoro, dan Soewarno.
Mereka terinspirasi oleh gagasan Dr Wahidin Sudiro Husodo. Pada awal berdirinya, Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan.
ADVERTISEMENT

Lebih Inklusif dan Merambah Bidang Politik

Awalnya, organisasi Boedi Oetomo hanya beranggotakan kalangan priayi. Namun, para anggotanya menyadari arti penting organisasi bagi rakyat.
Sehingga pada tahun 1920 Boedi Oetomo mulai menerima anggota dari masyarakat biasa. Dengan bergabungnya rakyat biasa ini, Boedi Oetomo menjadi sebuah organisasi pergerakan rakyat.
Seiring berjalannya waktu, dalam bidang politik, Boedi Oetomo mempunyai cita-cita untuk membuat Indonesia merdeka. Boedi Oetomo kemudian berubah menjadi sebuah organisasi dengan tujuan nasionalisme.
Untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, pada 1935, Boedi Oetomo bergabung dengan Partai Bangsa Indonesia (PBI) yang didirikan oleh Dr. Sutomo. Kemudian dua organisasi ini melebur menjadi satu dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) yang diketuai oleh Dr. Sutomo.

Momentum Pergerakan Nasional

Lahirnya Boedi Oetomo menandai terjadinya perubahan bentuk perjuangan dalam mengusir penjajah. Perjuangan rakyat yang sebelumnya bersifat kedaerahan berubah menjadi bersifat nasional dengan tujuan Indonesia merdeka.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, perjuangan mengusir penjajah hanya mengandalkan kekuatan fisik. Mereka bergantung pada seorang pemimpin, sehingga lebih mudah ditumpas oleh musuh.
Namun, dengan berdirinya organisasi seperti Boedi Oetomo, bentuk perjuangan baru muncul, memanfaatkan kekuatan pemikiran. Perubahan bentuk perjuangan ini menjadikan usaha untuk mengusir penjajah terus berkesinambungan, karena tidak bergantung pada satu orang pemimpin.
Organisasi-organisasi pergerakan yang muncul pada masa berikutnya memiliki keterkaitan dengan Boedi Oetomo. Di antaranya Perhimpunan Indonesia, Sarekat Islam, Indische Partij dan Muhammadiyah. Mereka merupakan organisasi-organisasi yang lahir setelah menjalin interaksi dan komunikasi secara rutin dengan Boedi Oetomo.
Meskipun memiliki ideologi yang berbeda, organisasi pada masa pergerakan memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Pertama

Setelah kemerdekaan, Indonesia masih harus menghadapi kembalinya penjajah Belanda yang dibonceng Sekutu, serta masalah politik dan sosial lainnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan simbol persatuan yang baru.
ADVERTISEMENT
Pada 1948, Ki Hadjar Dewantara dan Radjiman Wediodiningrat memberi usulan kepada Soekarno, Hatta, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Ali Sastroamidjojo. Ia menyarankan agar memperingati peristiwa berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei sebagai hari Kebangkitan Nasional (saat itu disebut Kebangunan Nasional).
Tetapi, menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Dari Kebangunan Nasional sampai Proklamasi Kemerdekaan, gagasan itu datang dari Soekarno sendiri. “Hari itu (20 Mei 1908) menurut beliau adalah hari yang patut dianggap hari mulia oleh bangsa Indonesia, karena pada hari itu perhimpunan kebangsaan yang pertama, yaitu Boedi Oetomo, didirikan dengan maksud menyatukan rakyat, yang dulu masih terpecah-belah, agar dapat mewujudkan suatu bangsa yang besar dan kuat,” tulis Ki Hadjar Dewantara.
ADVERTISEMENT
(ERA)