Sejarah Puasa Arafah yang Berawal dari Perintah Allah Untuk Nabi Ibrahim

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
6 Juli 2022 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah puasa arafah. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah puasa arafah. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Menyambut hari raya Idul Adha, umat Islam berlomba-lomba untuk melakukan banyak amalan sunnah. Salah satu amalan sunnah yang bisa dikerjakan adalah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah atau 9 Juli 2022 dalam kalender Masehi.
ADVERTISEMENT
Puasa Arafah adalah puasa sunnah satu hari bagi mereka yang tidak menjalankan ibadah Haji. Jadi, puasa ini dilaksanakan sebagai pengganti ibadah tersebut.
Walaupun sunnah, puasa Arafah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW bagi mereka yang tidak bisa naik Haji. Hal ini didasarkan dari hadits yang dikutip dari buku Dahsyatnya 7 Puasa Wajib, Sunnah, dan Thibbun Nabawi:
"Tiada amal yang soleh yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih disukai daripada hari-hari (sepuluh hari pertama dalam bulan Dzulhijjah)." (HR. Bukhari)
Ilustrasi puasa Arafah. Foto: Pexels

Sejarah Puasa Arafah

Mengutip Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah, sejarah puasa Arafah diawali dari mimpi Nabi Ibrahim yang mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail.
Pada awalnya, beliau bersikap acuh dengan mimpi tersebut karena berpikir bahwa itu hanyalah bunga tidur. Namun, ia kembali bermimpi hal yang sama pada malam berikutnya.
ADVERTISEMENT
Nabi Ibrahim pun mengutarakan keresahan hatinya soal perintah dalam mimpi tersebut kepada Siti Hajar dan putranya. Nabi Ismail akhirnya berkata bahwa jika perintah tersebut datang dari Allah, maka jangan ragu dan takut untuk melaksanakannya.
Ternyata, mimpi untuk menyembelih putranya kembali hadir dalam tidurnya. Beliau pun berpikir bahwa perintah ini benar-benar datang dari Allah SWT.
Ketika tiba saatnya hari yang ditentukan, Nabi Ibrahim menyembelih anaknya sebagai bukti ketaatan pada Allah SWT. Namun, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba. Momen tersebut diperingati oleh umat Islam dengan berkurban dan melaksanakan puasa Arafah yang berarti "mengenal".
Ilustrasi berbuka saat puasa Arafah. Foto: Pexels

Keistimewaan Puasa Arafah

Puasa Arafah memiliki keutamaan besar bagi yang menunaikannya. Berikut adalah keistimewaan puasa Arafah yang didasarkan dari hadits Rasulullah SAW:
ADVERTISEMENT

1. Menghapus Dosa Selama Dua Tahun

Dari hadits riwayat Muslim, ada yang bertanya perihal puasa Arafah yang dijalankan di bulan Dzulhijjah. Rasulullah menjawab:
"Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya." (HR. Muslim)

2. Dijauhkan dari Siksa Api Neraka

Seperti diketahui, siksa api neraka sangatlah pedih. Bagi mereka yang menunaikan puasa Arafah, Allah akan membebaskannya dari siksa api neraka. Jaminan ini juga berlaku untuk jamaah Haji yang sedang wukuf di padang Arafah.
"Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?" (HR. Muslim)

3. Dikabulkannya Doa

Hari Arafah disebut sebagai hari terbaik untuk bermunajat kepada Allah dan melakukan amalan lainnya. Rasulullah bersabda:
ADVERTISEMENT
"Sebaik-baiknya doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan "Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qadiir." (HR. Tirmidzi)
(DAF)