Sejarah Sepeda Brompton yang Kini Sepi Peminat

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
3 Maret 2021 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Brompton WFH. Foto: Instagram/@wheelsforheroes
zoom-in-whitePerbesar
Brompton WFH. Foto: Instagram/@wheelsforheroes
ADVERTISEMENT
Sepeda lipat Brompton sempat menjadi primadona sejak akhir 2019 lalu. Pandemi covid-19 juga membuat sepeda asal London, Inggris, ini semakin populer hingga permintaannya kian meroket.
ADVERTISEMENT
Mengutip kumparanBISNIS, Cycling Industry News mengungkap bahwa tingginya permintaan membuat penjualan Brompton meroket 17,2 persen dalam kurun waktu satu tahun menjadi 48.956 unit hingga Maret 2019. Sebanyak 73 persen penjualan berasal dari luar London.
Kendati demikian, penjualan sepeda lipat tersebut kini kian melesu. Jumlah permintaannya tidak sebanyak tahun lalu. Fenomena ini membuat harga penjualan Brompton ikut mengalami penurunan.
Jika dibandingkan tahun lalu, harga Brompton mengalami penurunan hingga Rp 10 juta. Brompton yang dibanderol dengan harga Rp 47 juta per unit kini kembali ke harga Rp 37 juta per unit.
Penurunan jumlah permintaan ini diperkirakan terjadi lantaran faktor daya beli masyarakat. Kini masyarakat cenderung menggunakan uangnya untuk berbagai kebutuhan yang lebih mendesak.
ADVERTISEMENT

Sejarah Sepeda Brompton

Pembeli menjajal sepeda Brompton di outlet ritel di Yokohama, Jepang. Foto: AFP/YOSHIKAZU TSUNO
Mengutip situs resmi Brompton, Brompton pertama kali dirancang oleh Andrew Ritchie pada 1975 di South Kensington, London. Nama Brompton diambil dari gereja katolik Brompton Oratory yang kerap ia pandang dari tempat tinggalnya.
Dua tahun kemudian, Ritchie berhasil merancang desain sepeda Brompton pertama. Walau masih mentah, sepeda tersebut memiliki desain yang rapi, bisa dilipat, dan nyaman untuk digunakan.
Pada 1981, Ritchie mulai memproduksi Brompton. Awalnya, perusahaan hanya mampu meluncurkan beberapa puluh sepeda lipat per tahunnya. Namun seiring berjalannya waktu, produksi mulai meningkat dan mencapai ratusan produk setiap tahun.
Pada 1987, Brompton mulai mendapat perhatian. Sepeda lipat tersebut dianugerahi penghargaan Best Product Award di Cyclex Event yang diselenggarakan di Olympia, London. Lalu pada 1995, sepeda lipat itu mendapat penghargaan Queen's Award for Export Achievement.
ADVERTISEMENT
Pada 2003, Brompton untuk pertama kalinya dikendarai di Kutub Selatan. Lalu tiga tahun kemudian, Brompton World Championship digelar untuk pertama kalinya di Barcelona, Eropa.
Pada 2011, Brompton mulai berkembang secara global. Toko Brompton dibuka di Kobe, Jepang untuk pertama kalinya. Di tahun yang sama, stasiun penyewaan sepeda Brompton juga dibuka di Guildford.
Pada 2013, Brompton Junction Covent Garden di London resmi dibuka. Ini menjadi toko keenam jaringan Brompton di dunia. Kesuksesan sepeda asal London ini dilanjutkan dengan pembukaan toko resmi ke-10 di Tokyo.
Pembuatan sepeda Brompton tidak dibuat dengan sembarang. Sepeda ini dibuat langsung dengan tangan brazer alias pengrajin terampil. Sehingga, setiap sepeda memiliki kerangka tangguh dan desain yang unik.
ADVERTISEMENT
Sebelum merakit Brompton, setiap brazer akan menjalani pelatihan selama kurang lebih 18 bulan. Usai merakit, mereka akan menyisipkan inisial nama di bagian sepeda yang mereka kerjakan.
(GTT)