Kisah Bayi Lahir Selamat dari Transplantasi Rahim Orang Mati

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
Konten dari Pengguna
6 Desember 2018 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Bayi Lahir Selamat dari Transplantasi Rahim Orang Mati
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
(Foto Iustrasi: Kumparan/Vidal Balielo Jr. via Pexel) Di Sao Paulo, Brasil, seorang bayi lahir selamat dari rahim hasil transplantasi orang yang sudah mati. Operasi tersebut berlangsung sangat lama. Dokter membutuhkan waktu hingga sekitar 10 jam untuk melakukan opersai. Dokter yang melakukan operasi merasa sangat senang sebab operasi berjalan dengan lancar dan bayinya selamat.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, tercatat sekitar 10 kasus transplantasi di Brasil yang juga menggunakan rahim orang meninggal. Namun, semuanya berakhir dengan keguguran. Oleh sebab itu, kelahiran seorang bayi berjenis kelamin perempuan dari rahim orang yang sudah mati itu adalah sesuatu yang sangat membahagiakan.
Baca Juga: Asri Welas Geram Foto Anaknya Dicuri untuk Penggalangan Dana Seorang Bayi Berhasil Lahir dari Perempuan 'Tanpa Rahim' Seorang Perempuan dan Kembarannya Hidup dalam Satu Tubuh Lebih mecengangkan lagi, ternyata wanita penerima donor rahim itu menderita sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauster. Sindrom tersebut dapat memengaruhi sekitar 1 dari 4.500 wanita yang menyebabkan vagina dan rahim gagal terbentuk. Meski demikian, dokter mampu membuang telur serta membuahinya dengan sperma hasil donor yang dibekukan sebab indung telur wanita tersebut dalam keadaan baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Dokter memberikan obat yang berfungsi untuk melemahkan kekebalan tubuh wanita tersebut. Tujuannya adalah agar tubuhnya tidak menolak ataupun menyerang transplantasi yang dilakukan.
Bayi yang dilahirkan dari transplantasi rahim wanita berumur 32 tahun yang belum diketahui namanya itu memiliki berat badan sekitar 2,5 kg. Bayi tersebut berada dalam masa kehamilan sekitar 35 minggu 3 hari. Sementara pendonor rahim dikabarkan berusia 45 tahun yang meninggal akibat mengalami pendarahan otak karena stroke.
Beberapa ahli mengatakan bahwa penelitian di bidang transplantasi rahim orang hidup atau yang sudah mati haruslah memaksimalkan tingkat kelahiran hidup. Tidak hanya itu, risiko pasien yang terlibat: pendonor dan penerima, juga harus diminimalkan.