Libur Nasional di Jepang Jadi 10 Hari, Kenapa Warganya Kebingungan?

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2019 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi padatnya Tokyo, Jepang. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi padatnya Tokyo, Jepang. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Ayo acung, siapa yang senang kalau dapat banyak libur kerja? Kebanyakan orang pasti akan bilang, "Saya!". Eits, tapi tidak dengan pegawai di Jepang. Alih-alih senang, negara yang terkenal gila kerja ini justru malah bingung, mau ngapain ya pas liburan nanti.
ADVERTISEMENT
Saking hobinya kerja, survei yang dilakukan Expedia Japan menemukan kalau para pekerja di sana hanya menggunakan setengah dari jatah cutinya setiap tahun. Padahal, hampir seperempat pegawai di perusahaan Jepang kerja lembur sampai lebih dari 80 jam per bulan.
Enggak heran kalau budaya kerja berlebihannya itu justru bikin kasus karoshi atau meninggal karena terlalu banyak kerja semakin meningkat di sana. Tidak heran juga kalau karier masih menjadi prioritas warga di Jepang dibanding terburu-buru menikah.
Kasus karoshi akhirnya membuat pemerintah Jepang mengambil keputusan mencengangkan. Yakni, menambah jumlah libur nasional menjadi 10 hari. Hari libur itu diberikan pada saat bulan April-Mei kemarin.
Tambahan libur nasional dadakan itu diberikan dalam rangka "Golden Week" atau Minggu Emas--serangkaian hari libur resmi yang biasa dimulai pada bulan Mei. Dikutip dari laman The Guardian, periode liburan panjang tahun ini dimulai sejak 27 April-6 Mei sekaligus menjadi liburan terpanjang di Jepang.
ADVERTISEMENT
Tapi, bukannya senang dapat tambahan waktu libur, pegawai Jepang malah kebingungan. Hasil survei temuan dari surat kabar Asahi Shumbun yang dikutip oleh NDTV bahkan melaporkan, kalau 45 persen orang Jepang tak suka dapat libur panjang kayak kemarin. Orang yang senang dapat libur panjang hanya 35 persennya saja, sementara sisanya biasa saja.
Ilustrasi pejalan kaki di Osaka, Jepang. (Foto: Pixabay)
Kenapa banyak orang di sana yang enggak suka dapat liburan panjang kemarin?
Jawabannya bermacam-macam. Ada yang takut tidak dapat penghasilan selama liburan, ada yang merasa enggak enak karena libur terus, ada juga yang justru kebingungan--harus melakukan apa untuk mengisi waktu luang.
Ketidaksukaan mereka sebenarnya beralasan. Mereka yang takut tidak dapat penghasilan itu sebenarnya adalah pekerja kontrak, mereka khawatir tidak dapat penghasilan saat liburan panjang.
ADVERTISEMENT
Keizo Ishii, Kepala Expedia Japan, mengatakan kalau libur panjang nasional kemarin itu berpengaruh banget bagi orang yang enggak enak ambil cuti.
"Dengan undang-undang yang direvisi, para pekerja sebenarnya bisa ambil cuti lebih banyak. Tapi, banyak dari mereka yang justru merasa bersalah nanti saat ambil jatah cuti gara-gara liburan panjang Golden Week ini," ujar Keizo Ishii kepada Nikkei Asian Review.
Dan alasan yang membuat orang Jepang kebingungan harus melakukan apa saat liburan panjang adalah karena tempat wisata yang penuh dan juga ongkos liburan yang pasti melonjak naik.
Meski banyak yang tidak suka akan keputusan pemerintah ini, nyatanya liburan panjang nasional itu akan tetap dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang.
Pertanyaannya, apakah warga Jepang yang terkenal workaholic itu akan terbiasa dengan jumlah liburnya yang bertambah? Menurutmu bagaimana?
ADVERTISEMENT
(NS)