Contoh Ceramah Ramadhan tentang Keutamaan Puasa

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
8 Mei 2021 10:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ceramah Ramadhan, sumber foto: https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ceramah Ramadhan, sumber foto: https://www.pexels.com/
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadhan akan segera berakhir beberapa hari lagi. Selama satu bulan menjalani ibadah puasa, pastinya umat muslim telah mendapatkan banyak keutamaan, salah satunya adalah harapannya menjadi orang yang lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Apalagi di bulan suci penuh berkah itu, sebagai umat muslim tentunya telah memanfaatkan waktu untuk menambah ilmu dan wawasan keislaman melalui berbagai majelis dengan mendengarkan ceramah atau kultum yang rutin diberikan baik setelah sholat subuh atau setelah sholat isya dan tarawih.
Salah satu materi yang harus kita dengan adalah mengenai keutamaan puasa yang bisa menjadikan kita sebagai salah satu orang yang bertakwa seperti dikutip dari buku Kuliah Tujuh Menit Mengubah Kehidupan dan kebahagiaan, Rudiyanti SW (2012: 93).

Contoh Ceramah Ramadhan Tentang keutamaan puasa Ramadhan

Berikut adalah contoh ceramah Ramadhan tentang keutamaan puasa Ramadhan yang menjadikan kita sebagai pribadi yang bertakwa dan apa saja indicatornya yang disampaikan oleh Dr. Setiawan bin Lahuri yang dikutip dari unida.gontor.ac.id
ADVERTISEMENT
Puasa seperti disyariatkan oleh Allah swt kepada hamba-Nya dapat mengubah diri kita menjadi pribadi bertaqwa. Sebagaimana yang termaktub dalam ayat wajibnya puasa, “La‘allakum tattaqūn”, (QS. 2:183). Inilah yang menjadi prestasi seorang hamba.
“Taqwa ini merupakan harapan, dalam artian, dengan puasa kita menjadi bertaqwa, bukan hanya ketika berpuasa, tapi secara terus menerus, untuk bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. Taqwa juga merupakan predikat yang harus diupayakan tiap hamba”
Menjadi menarik untuk dicermati, taqwa memang bukan predikat yang bisa kita dapatkan dengan berpangku tangan, sekadar berharap dari Allah swt., tapi ia harus dikejar oleh seorang hamba, dengan niat tulus, ibadah yang sungguh-sungguh, dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam hidup sehari-hari.
Ada empat indikator taqwa. Sebagai tolak ukur dan kaca perbandingan, apakah kita telah meraihnya atau masih jauh dari targetnya. Dalam al-Qur’ān, telah dijelaskan beberapa indikatornya secara eksplisit, misalnya dalam Al-Baqarah: 1-5 dan Ali Imrān: 133-146.
ADVERTISEMENT
Pertama, al-khawf minal Jalīl (rasa takut kepada Allah Yang Maha Agung). Orang bertaqwa semestinya merasa selalu diawasi, kapan pun dan dimanapun. Juga mengakui bahwa selain Allah swt adalah kecil. Jika kita merasa takut pada hal-hal kecil, seperti bencana alam dan lainnya, maka selayaknya kita lebih takut kepada Dzat yang mengatur itu semua; Allah swt. Indikator ini menunjukkan bahwa puasa menghendaki peningkatan keimanan, khususnya prinsip Tauhid.
Kedua, al-‘Amal bi-t-tanzīl (beramal sesuai tuntunan Syari’ah). Disebut bertaqwa jika seseorang itu menjalankan apa yang menjadi perintah Allah swt, dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Puasa inilah latihan utama dalam menerapkannya.
Ustadz Dr. Syamsuddin Arif menyebut, hal ini sesuai dengan fungsi pertama dari puasa; fungsi konfirmatif. “Jangan mengaku orang Islam dan beriman kalau tidak puasa pada bulan suci Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan. Berpuasa merupakan bukti pengukuh keislaman dan keimanan Anda”, begitu Dr. Syam menjelaskan maksudnya.
ADVERTISEMENT
Indikator ketiga, ar-Ridhā bil qalīl (ridha dengan yang sedikit). Jiwa manusia menghendaki yang banyak, obsesi tinggi, namun seringkali tidak dibarengi dengan ridha atas ketetapan Allah swt. Dengan puasa, kita diajarkan untuk menerima walaupun sedikit, bersyukur dengan apa yang didapat, serta berkeyakinan penuh bahwa Allah swt telah menciptakan segala sesuai dengan kadarnya.Untuk melatihnya, hendaknya kita selalu melihat ke bawah untuk hal-ihwal duniawi, dan melihat ke atas untuk perkara ukhrawi. Ketika kita punya mobil, bersyukur karena betapa banyak di sekeliling kita hanya punya motor, sepeda dan begitu seterusnya. Melihat teman lebih alim dan shalih, kita termotivasi untuk berbuat lebih. Ia mampu bersedekah, kita pun berazam untuk melakukan yang serupa atau lebik baik darinya.
ADVERTISEMENT
Indikator terakhir, al-isti’dād liyawmi-r-rahīl (menyiapkan untuk kehidupan akhirat). Ya, disebut bertaqwa jika seseorang itu memberikan prioritas untuk kehidupan yang kekal. Seperti yang digambarkan dalam sekian banyak ayat al-Qur’ān dan Hadis Nabi.
Tentu kita ingat adagium masyhur, man ‘arafa bu’da as-safari ista’adda, barangsiapa yang tahu jauhnya perjalanan, maka ia akan bersiap dengan bekal cukup. Akhirat adalah perjalanan spiritual, yang harus kita siapkan dengan sebaiknya untuk mengahadapinya. Ustadz KH. Hasan Abdullah Sahal sering mengingatkan, kita seringkali berpikir bagaimana hidup dengan baik, tapi lupa bagaimana mati dengan baik.
Sungguh beruntung siapa yang mendapatkan predikat tersebut. Ia yang selain menjauhkan diri dari yang dilarang, juga mampu menghindari yang sejatinya dibolehkan. Sayyid Quthb menyebut taqwa dalam tiga hal; apa yang hadir dan hidup dalam hati, menjaga kita dari sesuatu yang dilarang, dan membuat kita bersyukur.
ADVERTISEMENT
Begitulah puasa mendidik kita. Ibadah spesial yang memberikan banyak pelajaran kepada siapapun yang mau mengambilnya. Semoga kita bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk tamu yang agung; bulan Ramadhan. Tak lupa kita berdoa kepada Allah swt agar diberikan kekuatan dan istiqomah untuk memaksimalkan kedatangannya, dan menjadi pribadi yg lebih baik setelahnya. Wallāhu A’lam.
Demikian contoh ceramah Ramadhan mengenai keutamaan puasa yang bisa memotivasi diri kita sebagai umat muslim untuk lebih baik lagi dari sebelumnya, lebih istiqomah dalam menjalankan ibadah-ibadah wajib maupun sunah yang dianjurkan dalam ajaran Islam. (WS)