Mengenal Hari Raya Galungan sebagai Hari Besar Umat Hindu Bali

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
19 November 2021 17:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Hari Raya Gulungan di Bali. Sumber; www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hari Raya Gulungan di Bali. Sumber; www.freepik.com
ADVERTISEMENT
Dimulai pada hari Rabu, 10 November sampai hari Sabtu, 20 November 2021, Umat Hindu di Bali sedang merayakan Hari Raya Gulungan. Apa itu Hari Raya Gulungan?
ADVERTISEMENT
Hari Raya Galungan adalah hari di mana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta sejagat raya beseta seisinya.
Lantas apa saja perayaan yang dilakukan pada Hari Raya Galungan?

Mengenal Hari Raya Galungan sebagai Hari Besar Umat Hindu Bali

Melansir Meyakini Menghargai karya Ibn Ghafarie (2018: 52), Hari Raya Gulungan berasal dari kisah pertempuran Ida Bathara yang baik dengan raksasa Mahayena yang akan merusak bumi. Pertempuran itu dimenangkan oleh Ida Bathara, sehingga Hari Gulungan dimaknai sebagai perayaan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).
Terdapat berbagai rangakaian dalam merayakan Hari Raya Galungan, diantaranya:
Tumpeng Wariga
Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga disebut Tumpek Wariga, atau Tumpek Bubuh, atau Tumpek Pengatag, atau Tumpek Pengarah jatuh 25 hari sebelum Galungan. Saat hari Tumpek Wariga yang dipuja adalah Sang Hyang Sangkara yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam tugas beliau sebagai pencipta dan pelindung segala tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia.
ADVERTISEMENT
Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa bubur sumsum (bubuh) yang berwarna seperti:
Pada hari Tumpek Wariga ini semua pepohonan akan disirati tirta wangsuhpada/air suci yang dimohonkan di sebuah Pura/Merajan dan diberi banten berupa bubur disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh dan diisi sasat.
Setelah selesai, kemudian pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berucap sendiri (bermonolog):
“Dadong-Dadong I Pekak anak kija
I Pekak ye gelem
I Pekak gelem apa dong?
I Pekak gelem nged
Nged, nged, nged”
Ucapan di atas bermakna harapan dari pemilik pohon agar nantinya pohon yang diupacarai dapat segera berbuah atau menghasilkan, sehingga dapat digunakan untuk upacara hari raya Galungan. Peringatan hari ini merupakan wujud Cinta Kasih manusia terhadap tumbuh-tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Sugihan Jawa
Sugihan Jawa berasal dari 2 kata, yakni Sugi dan Jawa. Sugi memiliki arti bersih atau suci. Sedangkan Jawa berasal dari kata jaba yang artinya luar. Secara singkat pengertian Sugihan Jawa adalah hari sebagai pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).
Sugihan Bali
Sugihan Bali memiliki makna yaitu penyucian, pembersihan diri sendiri, maupun Bhuana Alit (dalam bahasa Bali atau Wali memiliki arti dalam). Tata cara pelaksanaannya adalah dengan cara mandi, yakni melakukan pembersihan secara fisik dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat. Sugihan Bali dirayakan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.
ADVERTISEMENT
Hari Penyekaban
Hari Penyekeban memiliki makna filosofis untuk “nyekeb indriya” yang memiliki arti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama. Hari Penyekeban ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.
Hari Penyajaan
Penyajan berasal dari kata Saja yang dalam bahasa Bali artinya benar atau serius. Hari penyajan ini memiliki filosofis untuk memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan. Menurut kepercayaan agama Hindu di Bali, pada hari tersebut umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan. Hari Penyajaan dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.
Ilustrasi Hari Raya Gulungan. Sumber: www.freepik.com
Hari Penampah
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum perayaan Hari Raya Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Penampahan atau Penampan mempunyai arti Nampa yang berarti 'Menyambut'. Pada hari ini umat Hindu di Bali akan disibukkan dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah yang diterima selama ini. Penjor dibuat dari batang bambu melengkung yang diisi hiasan sedemikian rupa.
ADVERTISEMENT
Hari Raya Galungan
Pada pagi hari dalam memulai upacara Galungan, dimulai dengan persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar lingkunga. Bahkan umat yang berada di lain daerah melakukan mudik dan menyempatkan diri untuk sembahyang ke daerah kelahirannnya masing-masing.
Bagi umat yang memiliki anggota keluarga yang masih berstatus Makingsan di Pertiwi (mapendem artinya dikubur), maka umat tersebut wajib untuk membawakan banten ke kuburan dengan istilah Mamunjung ka Setra, banten tersebut terdiri atas punjung seperti telah disebutkan di atas, disertai tigasan/kain saperadeg (seadanya) dan air kumkuman (air bunga).
Hari Umanis Galungan
Pada perayaan Umanis Galungan, umat akan melaksanakan persembahyangan dan dilanjutkan dengan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.
ADVERTISEMENT
Hari Pemaridan Guru
Kata Pemaridan Guru berasal dari kata Marid dan Guru. Memarid artinya adalah ngelungsur atau nyurud (memohon), dan Guru merupakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dapat diartikan bahwa hari ini adalah hari untuk nyurud atau ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru. Dirayakan pada Sabtu Pon wuku Galungan.
Ulihan
Ulihan artinya pulang atau kembali, artinya hari kembalinya para dewata-dewati atau leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah panjang umur. Perayaan Ulihan dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan.
Hari Pemacekan Agung
Kata pemacekan berasal dari kata pacek yang artinya tegar. Makna pemacekan agung ini adalah sebagai simbol keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan hari Galungan. Perayaan Hari Pemacekan Agung dirayakan pada Senin Kliwon wuku Kuningan.
ADVERTISEMENT
Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan dirayakan umat Hindu setiap 210 hari sekali dengan cara memasang tamiang, kolem, dan endong. Tamiang adalah simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra, Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa, sedangkan Endong tersebut adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh Para Dewata dan Leluhur yang berperang melawan adharma. Tamiang kolem dipasang pada semua palinggih, bale, dan pelangkiran, sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.
Hari Pegat Wekan
Hari Pegat Wekan adalah runtutan terakhir dari perayaan Hari Raya Galungan. Perayaan ini dilaksanakan dengan cara melakukan persembahyangan, dan mencabut penjor yang telah dibuat pada hari Penampahan. Penjor tersebut dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah. Pegat Wakan dilaksanakan pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, sebulan setelah Hari Raya Galungan.
ADVERTISEMENT
Demikian pembahasan tentang Hari Raya Gulungan sebagai hari besar umat Hindu di Bali. Semoga Informasi di atas bermanfaat dan menjadi pengetahuan, terutama yang akan berwisata di Bali diwaktu dekat. (MZM)