Mengetahui Insiden Surabaya pada Tanggal 19 September 1945

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
12 Februari 2024 17:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Ilustrasi Insiden Surabaya pada Tanggal 19 September 1945 Diawali dengan Peristiwa. Sumber: Foto Unsplash/Javier Allegue Barros
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Insiden Surabaya pada Tanggal 19 September 1945 Diawali dengan Peristiwa. Sumber: Foto Unsplash/Javier Allegue Barros
ADVERTISEMENT
Insiden Surabaya pada tanggal 19 September 1945 diawali dengan peristiwa perobekan bendera Belanda. Peristiwa tersebut terjadi sebelum pertempuran 10 November, tepatnya berada di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan, Surabaya.
ADVERTISEMENT
Adapun faktor penyebab peristiwa itu terjadi adalah Belanda dinilai memprovokasi dengan mengibarkan bendera merah putih biru. Selain itu, juga karena gagalnya perundingan antara Residen Sudirman dengan Victor W. Charles Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda.

Sejarah Insiden Surabaya pada Tanggal 19 September 1945 Diawali dengan Peristiwa Perobekan Bendera Belanda

Ilustrasi Insiden Surabaya pada Tanggal 19 September 1945 Diawali dengan Peristiwa. Sumber: Foto Unsplash/Natalie Pedigo
Insiden Surabaya pada tanggal 19 September 1945 diawali dengan peristiwa perobekan bendera Belanda.
Adapun sejarah dari peristiwa tersebut menurut buku Peran Surabaya dalam Revolusi Nasional 1945, Moehkardi, (2020:32) berawal dari peristiwa perobekan bendera Belanda tanggal 19 September 1945 di Hotel Oranje, Jl. Tunjungan, berawal saat hotel tersebut dijadikan markas RAPWI, organ tentara Sekutu yang bertugas mengurusi para tawanan warga Eropa dan peranakan.
ADVERTISEMENT
Di zaman Jepang, di Jl. Darmo Surabaya, terdapat kamp tawanan warga Sekutu. Anggota RAPWI tersebut diterjunkan dari udara, sebelum pendaratan tentara Sekutu di Surabaya.
Kedatangan RAPWI di Surabaya membangkitkan semangat orang- orang Belanda untuk kembali sebagai penguasa di Indonesia. Apalagi, setelah sebuah pesawat Dakota Belanda yang datang dari Balikpapan menyebarkan surat selebaran yang berisi agar bersiap-siap menerima kedatangan tentara Sekutu dan Belanda dalam waktu dekat.
Surat selebaran itu dihiasi dengan bendera Belanda, Merah Putih Biru dengan gambar Ratu Wilhelmina. Di-"mabuk"-kan oleh selebaran itu, maka sekelompok orang Belanda, di bawah pimpinan Mr. Ploegman pada tanggal 19 September 1945 mengibarkan bendera Belanda di menara atap Hotel Oranje di Jl. Tunjungan. Secara demonstratif, mereka berdiri di atas atap mengelilingi bendera dengan sikap menantang.
ADVERTISEMENT
Berkibarnya bendera Belanda tersebut memicu sentimen anti Belanda pada massa penduduk yang lewat di depan hotel tersebut. Residen Soedirman yang menyadari gawatnya situasi, pada tanggal 19 September 1945 memerlukan datang ke Hotel Oranje. Orang-orang Belanda di hotel terkejut melihat kedatangan pembesar RI tersebut untuk melakukan perundingan.
Perundingan bubar, pihak Belanda lari masuk ke dalam hotel, sedangkan pihak Indonesia lari keluar hotel. Seorang pemuda sigap menyelamatkan Soedirman lari keluar hotel. Sementara itu, Sidik dan Ploegman terus berduel maut satu lawan satu.
Perkelahian ini dimenangkan Sidik, Ploegman tewas, sementara Sidik yang kemudian dikeroyok oleh teman Ploegman menderita luka parah, akhirnya juga tewas. Tak lama kemudian, massa pemuda di luar hotel di bawah pimpinan sekelompok pemuda, berteriak memberi komando untuk menyerang. menyerbu kembali ke hotel.
ADVERTISEMENT
Terjadilah kemudian perkelahian yang mengakibatkan kedua pihak menderita luka-luka. Sementara terjadi perkelahian, Koesno Wibowo, seorang teman Sidik, yang juga seorang bekas anggota Jibaku Tai, merayap naik ke atap hotel untuk menurunkan bendera Belanda.
Di atap tempat bendera itu berkibar, Koesno bertemu dengan seorang pemuda yang sedang berdiri bengong di dekat tiang bendera. Waktu Koesno meraih tali bendera untuk menurunkan bendera, pemuda tersebut turut serta membantunya.
Setelah bendera Belanda itu tiba di tangannya, Koesno langsung mengigit jahitan bendera dan merobek memisahkan warna birunya.
Sisa bendera yang merah-putih langsung dikibarkan kembali di atas tiang, sedangkan kain warna birunya dilemparkan ke massa pemuda di bawah. Massa pemuda di halaman hotel yang menyaksikan peristiwa di atap hotel tersebut, spontan menyambutnya dengan sorak-sorai bangga serta penuh semangat.
ADVERTISEMENT
Demikianlah uraian dari insiden Surabaya pada tanggal 19 September 1945 diawali dengan peristiwa perobekan bendera Belanda. (Adm)