Puisi Karya Sapardi Djoko Damono dan Kisah Masa Kecilnya

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
16 Juli 2022 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Puisi Karya Sapardi Djoko Damono. Sumber: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Puisi Karya Sapardi Djoko Damono. Sumber: unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puisi merupakan bagian tak terpisahkan dari dunia sastra dan seni budaya. Puisi sudah sejak lama dijadikan sebagai media penyaluran emosi para penyair. Baik itu rasa cinta, benci, syukur, bahkan semangat perjuangan dan aspirasi sosial pada masa perjuangan kemerdekaan. Indonesia tidak pernah kekurangan penyair-penyair berbakat sejak dahulu sampai sekarang. Salah satu penyair kenamaan yang memiliki segudang karya dan prestasi adalah Sapardi Djoko Damono. Penulis kelahiran kota Solo ini menghabiskan masa kecil di tengah perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan Jepang. Dapat dibilang bahwa kehidupan masa kecilnya ini turut membentuk karakter beliau dalam berkarya. Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang manakah yang banyak dikenal orang dan bagaimanakah kisah masa kecilnya? Mari kita simak dalam artikel berikut ini
ADVERTISEMENT

Puisi dan Kisah Masa Kecil Sapardi Djoko Damono

Mengutip dari buku Sapardi Djoko Damono, Karya dan Dunianya karya Bakdi Soemanto(2006:1), Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Solo pada tanggal 20 Maret 1940. Beliau dilahirkan sebagai anak pertama dari pasangan Sadyoko dan Sapariyah. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kampung Ngadiyan. Kampung yang sama dengan Pangeran Hadiwijaya. Satu hal yang menarik dari rumah masa kecil Sapardi adalah beliau ternyata tinggal cukup dekat dengan banyak calon penyair kenamaan seperti Rendra, B. Sutiman, Bakdi Soemanto, dan Sugiarta Sriwibawa tanpa pernah mengenal sama sekali calon-calon penyair kenamaan tersebut.
Sapardi Djoko Damono mengalami beberapa kali perpindahan rumah masa muda dari masa penjajahan Jepang hingga masa awal kemerdekaan Indonesia. Sapardi muda yang mewarisi kebiasaan ayahnya untuk keluyuran(menghindari intaian penjajah) akhirnya menghantikan kebiasaan keluyuran secara fisik setelah berpindah rumah ke daerah yang cukup terpencil di masa itu. Namun hal itu justru melahirkan kebiasaan lain, yaitu keluyuran dengan pikiran dan batin. Kebiasaan ini digabungkan dengan ketertarikan beliau dengan sastra akhirnya mendorong beliau untuk merangkai kata-kata indah yang akhirnya menjadikannya penyair yang mumpuni.
Ilustrasi Puisi Karya Sapardi Djoko Damono. Sumber: unsplash.com

Hujan Bulan Juni

ADVERTISEMENT
Salah satu puisi yang paling terkenal dari Sapardi Djoko Damono adalah puisi berjudul Hujan Bulan Juni yang berbunyi seperti berikut:
Puisi karya Sapardi Djoko Damono dan sepenggal kisah masa kecilnya yang diulas di atas, cukup menarik untuk disimak ya. Sungguh suatu kebetulan yang menarik bahwa beliau yang suka keluyuran namun tidak mengenal calon-calon penyair kenamaan yang menjadi tetangga masa kecilnya.(AGI)