Rukun Shalat Idul Adha dan Awal Mula Berkurban

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
15 Februari 2021 23:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rukun Shalat Idul Adha, Foto: Dok, BBC.com
zoom-in-whitePerbesar
Rukun Shalat Idul Adha, Foto: Dok, BBC.com
ADVERTISEMENT
Sholat Idul Adha merupakan sholat sunnah yang dikerjakan pada hari kesepuluh di bulan Dzulhijjah yang menandai datanganya hari raya kurban. Hukum sholat Idul Adha adalah sunnah muakkad, yaitu sangat dianjurkan atau mendekati wajib.
ADVERTISEMENT
Rasulullah senantiasa menjaga dan juga melaksanakan sholat Idul Adha hingga mengajak kaum wanita dan anak-anaknya untuk ikut dalam pelaksanaan sholat Idul Adha sebagai bukti keimanan dan ketakwaan.
Dikutip dari Buku Panduan Sholat Lengkap oleh Saiful Hadi Elsuha (2012: 124), sholat Idul Adha dilakukan mulai dari naiknya matahari setinggi tombak sampai tergelincir. Sholat Idul Adha disunnahkan dilakukan pada awal waktu, ketika matahari sedang naik satu tombak agar kaum muslim bisa menyembelih hewan kurban.

Rukun Shalat Idul Adha

1. Berdiri dan berniat, tapi bagi yang tidak mampu bisa melakukannya dengan duduk atau berbaring. Niat sholat Idul Adha yaitu:
"Ushallii sunnatan liidil adha rok'ataini imaaman lillahi ta'alaa."
Artinya: "Saya berniat sholat Idul Adha dua rakaat sebagai imam karena Allah ta'ala."
ADVERTISEMENT
2. Takbiratul ihram atau membaca takbir
3. Membaca surah Al Fatihah di setiap rakaat sholat
4. Ruku dan thuma’ninah
5. Itidal dan thuma’ninah
6. Sujud dan thuma’ninah
7. Duduk diantara dua sujud dan thuma’ninah
8. Duduk dan tasyahud akhir
9. Sholawat
10. Salam
11. Tartib

Awal Mula Idul Adha dan Berkurban

Idul Adha diawali dari kisah Nabi Ibrahim as. Saat itu, Nabi Ibrahim telah memiliki seorang anak berusia remaja yang kehadirannya telah ia nanti-nanti sejak lama. Suatu ketika, Nabi Ibrahim mengalami mimpi dan dalam mimpinya Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah SWT berupa perintah kepada Nabi Ibrahim utnuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Nabi Ibrahim gundah dan ragu bahwa mimpi itu bukanlah wahyu karena ia harus menyembelih puteranya sendiri, tapi karena Nabi Ibrahim memiliki ketaatan kepada Allah, akhirnya ia meyakininya dan berlapang dada untuk mengurbankan anaknya. Dengan berberat hati, Nabi Ibrahim mendatangi Ismail untuk menyampaikan perintah Allah bahwa ia harus menyembelih puteranya.
Setelah mengetahuinya, Ismail justru malah mengiyakan wahyu Allah dalam mimpi ayahnya itu tanpa rasa takut atau marah pada ayahnya. Ismail justru menerima dengan rasa ikhlas karena itu merupakan perintah Allah.
Sesuai dengan firman Allah dalam Alquran Surah Ash Saffat ayat 102, yaitu:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
ADVERTISEMENT
Fa lammā balaga ma'ahus-sa'ya qāla yā bunayya innī arā fil-manāmi annī ażbaḥuka fanẓur māżā tarā, qāla yā abatif'al mā tu`maru satajidunī in syā`allāhu minaṣ-ṣābirīn Terjemah
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Saat nabi Ibrahim mulai menyembeli anaknya menggunakan pedang tajam, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing gibas yang bulunya panjang, tebal, dan keriting. Hal ini juga disebutkan dalam Alquran surah Ash- Saffat ayat 104-107, yaitu:
"Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar,"
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, terjadilah Hari Raya Idul Adha untuk mengingat ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail kepada Allah dengan hikmah kesabaran dan berserah diri kepada Allah SWT.
(RDY)