Sejarah Hari Buku Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 17 Mei
Konten dari Pengguna
7 Mei 2022 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal 17 Mei, kita merayakan Hari Buku Nasional atau Harbuknas sebagai upaya untuk memperingati pentingnya budaya membaca. Selain itu, perayaan hari tersebut merupakan langkah untuk mendorong penjualan buku di Indonesia. Hal ini dikarenakan minat baca masyarakat Indonesia masih terbilang rendah. Kejadian seperti ini perlu mendapat perhatian lebih, terlebih membaca buku dapat membuka wawasan dunia. Lantas bagaimanakah sejarah Hari Buku Nasional tercipta?
ADVERTISEMENT
Sejarah Hari Buku Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 17 Mei
Dikutip dari buku Spiritual Skill, Best Practice, Generasi Digital, dan Perpustakaan Ramah Anak: Ada Di Sini karya Dicki Agus Nugroho (2019:146), tanggal 17 Mei, diperingati sebagai Hari Buku Nasional. tercatat dalam seiarah, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 17 Mei 1980, dibentuklah Perpustakaan Nasional (walau masih di bawah naungan) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.
Hari Buku Nasional dicetuskan oleh beberapa komunitas pecinta buku dan iuga pemerintah yang bertuiuan meningkatkan budaya membaca. Diharapkan dengan dicetuskannya Hari Buku Nasional ini dapat terbentuk masyarakat berbudaya berliterasi.
Abdul Malik Fadjar mencetuskan peringatan Hari Buku Nasional sebagai upaya untuk menumbuhkan minat baca dan literasi di kalangan masyarakat Indonesia yang saat itu masih dalam kategori rendah. Menurut data yang dilaporkan UNESCO pada 2002, literasi orang dewasa atau penduduk berusia diatas 15 tahun hanya berkisar di angka 87,9 persen. Angka ini jauh dibanding negara-negara kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen), dan Thailand (92,6 persen).
ADVERTISEMENT
Tingkat Minat Baca Indonesia Sangat Rendah
Dikutip dari laman kominfo.go.id, UNESCO menyebutkan Indonesia menempati posisi kedua dari bawah soal literasi dunia. Artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang membaca buku .
Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Idonesia
Menyikapi rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Gerakan Literasi Nasional (GLN) untuk mengembangkan minat baca dan memperluas keterlibatan publik dalam membudayakan literasi di Indonesia. Adapun sejumlah strategi yang digagas GLN sebagai upaya meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia di antaranya:
ADVERTISEMENT
Buku merupakan jendela dunia. Dengan buku, kita dapat mengetahui berbagai hal. Terlebih di zaman serba modern, kita tidak harus membaca buku fisik. Banyak sekali buku yang dapat kita baca hanya bermodalkan gawai maupun perangkat elektronik lainnya. Maka, janganlah bosan dan enggan dalam membaca buku. (MZM)
ADVERTISEMENT