Sejarah Resolusi Jihad sebagai Pelopor Hari Santri Nasional
Konten dari Pengguna
16 September 2021 17:27 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Setelah pertemuan tersebut, mengutip dari buku NU: Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (1994), KH. Hasyim Asyari kemudian mengumpulkan perwakilan ulama di seluruh Jawa dan Madura guna membahas tentang upaya bela negara tersebut. Kemudian pada tanggal 21-22 Oktober 1945, para perwakilan ulama tersebut menyepakati adanya Resolusi Jihad guna memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah Singkat Resolusi Jihad Tahun 1945
Mengutip dari buku Sejarah Pendidikan Islam, Suyuthi Pulungan (2019: 276), fatwa tentang resolusi jihad bagi kaum muslim yang disepakati dalam sidang 22 Oktober 1945 tersebut kemudian disebar luaskan ke seluruh penjuru Indonesia lewat jaringan pondok pesantren dan laskar Islam. Berkat hal tersebut, KH. Hasyim Asyhari dan rekan ulama lainnya berhasil mendorong para santri dan kaum muslimin lainnya untuk terlibat dalam pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 guna mengusir penjajah.
Secara umum resolusi jihad yang digagas oleh pendiri NU tersebut memuat tiga hal penting, yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Berdasarkan fatwa resolusi jihad tersebut, maka ulama, santri, serta kaum muslimin lainnya semakin terbakar semangatnya guna membela kemerdekaan Indonesia di garis terdepan. Adapun nama-nama ulama yang turut berjuang bersama rakyat dalam pertempuran di Surabaya tersebut diantaranya KH. Zainul Arifin (Laskar Hisbullah), KH. Masykur (Laskar Sabilillah), KH. Wahab Hasbullah (barisan Mujahidin), serta kiai NU lainnya dan TKR.
Mengingat betapa besarnya dampak dari resolusi jihad yang dilakukan oleh para santri dan kaum muslimin guna melawan penjajah, maka pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional guna memperingati sejarah resolusi jihad tersebut. (HAI)
ADVERTISEMENT