Sejarah Singkat Tahun Baru Islam yang Diawali Kebingungan Umar bin Khattab

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
31 Juli 2022 18:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah tahun baru Islam. Foto: unsplash.com/masjidpogungraya
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah tahun baru Islam. Foto: unsplash.com/masjidpogungraya
ADVERTISEMENT
Pada hari Jumat, 29 Juli 2022 merupakan momen pergantian tahun dalam kelender Islam yang ke 1444. Meskipun sudah diketahui sejak dahulu, namun banyak orang terutama umat Islam sediri yang belum mengetahui sejarah terbentuknya kalender Hijriah. Maka dari itu, artikel ini akan menjelaskan sejarah singkat tahun baru Islam yang berawal dari kebingungnan Umar bin Khattab.
ADVERTISEMENT

Sejarah Singkat Tahun Baru Islam yang Berawal Kebingungan Umar bin Khattab

Sebelum kedatangan agama Islam, masyarakat Arab sudah menggunakan kelender berdasarkan peredaran bulan. Mereka meyepakati bahwa tanggal 1 dinilai dengan kehadiran hilal. Mereka juga telah menetapkan bulan-bulan yang masih digunakan hingga saat ini, seperti Rajab, Ramadhan, Syawal, dan lainnya.
Hanya saja, masyarakat Arab dahulu belum memiliki angka tahun. Acuan tahun yang mereka gunakan berdasarkan peristiwa-peristiwa besar. Hal ini berlangsung hingga kekhalifahan Abu Bakar as Shiddiq.
Hingga pada masa khalifah Umar bin Khattab, tepatnya di tahun ketiga kepemimpinannya, beliau mendapatkan surat dari Abu Musa al-Asy’ari yang saat itu menjabat sebagai gubernur daerah Bashrah.
Dalam surat tersebut, Abu Musa mengatakan:
“Telah datang kepada kami beberapa surat dari amirul mukminin, sementara kami tidak tahu kapan kami harus menindaklanjutinya. Kami telah mempelajari satu surat yang ditulis pada bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”
ADVERTISEMENT
Kemudian Umar mengumpulkan para sahabat, beliau berkata kepada mereka:
“Tetapkan tahun untuk masyarakat, yang bisa mereka jadikan acuan.”
Ilustrasi tahun baru Islam. Foto: unsplash.com/aliarifsoydas
Dikutip dari buku Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi karya Ahmad Zarkasih, Lc (2020:29), Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan,
Para sahabat yang diajak musyawarah oleh Umar bin Khatthab, mereka menyimpulkan bahwa kejadian yang bisa dijadikan acuan tahun dalam kalender ada empat: tahun kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tahun ketika diutus sebagai rasul, tahun ketika hijrah, dan tahun ketika beliau wafat. Namun ternyata, pada tahun kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tahun ketika beliau diutus, tidak lepas dari perdebatan dalam penentuan tahun peristiwa itu. Mereka juga menolak jika tahun kematian sebagai acuannya, karena ini akan menimbulkan kesedihan bagi kaum muslimin. Sehingga yang tersisa adalah tahun hijrah beliau. (Fathul Bari 7:268)
ADVERTISEMENT
Karena hitungan kalender dalam Islam mengacu pada hijrahnya Nabi Muhammad SAW, maka kalender ini dinamakan kalender Hijriah.
Selain tahun penanggalan, pada pertemuan tersebut juga diambil bulan pertama Hijriah. Perlu diketahui, Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah pada bulan Rabiul Awal. Namun bulan pertama bukanlah bulan tersebut, melainkan bulan Muharram. Hal ini berdasarkan usulan dari Utsban bin Affan. Beliau berpendapat,
ADVERTISEMENT
Demianlah penjelasan tentang sejarah singkat tahun baru Islam yang didasarkan atas kebingungan Umat bin Khattab. Semoga informasi di atas menambah pengetahuan sejarah Islam.(MZM)