Menangis Terlalu Lama, Apakah Buruk Bagi Kesehatan?

Konten dari Pengguna
19 Februari 2021 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anggota keluarga Sumba Mufusho, seorang korban yang meninggal usai diterjang topan Idai menangis di dalam mobil, Beira, Mozambik. Foto: Reuters/Siphiwe Sibeko
zoom-in-whitePerbesar
Anggota keluarga Sumba Mufusho, seorang korban yang meninggal usai diterjang topan Idai menangis di dalam mobil, Beira, Mozambik. Foto: Reuters/Siphiwe Sibeko
ADVERTISEMENT
Menangis adalah kondisi yang umum dialami semua orang. Pemicunya tak lain karena emosi tertentu seperti senang atau sedih.
ADVERTISEMENT
Menangis mungkin salah satu mekanisme terbaik untuk menenangkan diri. Peneliti dari Trusted Source telah menemukan bahwa menangis dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis atau parasympathetic nervous system (PNS). Sistem ini membantu tubuh untuk beristirahat dan mencerna.
Akan tetapi, manfaatnya tidak langsung dan memerlukan beberapa menit untuk merasakan efek ketenangan.
Apa pun yang membuat seseorang sedih atau stres, menangis adalah respons yang wajar. Faktanya, menangis dapat membantu beberapa orang mengatasi emosi dengan lebih efektif daripada menahannya.
Namun, apa yang terjadi jika menangis dalam waktu yang lama? Apakah terlalau menangis akan membahayakan kesehatan?
Saat seseorang menangis, otot-otot pada wajah dan mata akan mengalami kontraksi. Semakin hebat dan lama seseorang menangis, maka efek ini akan semakin besar. Termasuk nyeri kepala dan mata membengkak, bahkan pada orang sehat sekalipun.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr. Fiona Gupta MD, seorang asisten profesor neurologi di School of Medicine di Mount Sinai, New York, penyebab dari sakit kepala setelah menangis adalah adanya stres atau tekanan emosi yang dialami seseorang untuk menangis. Hal ini kemudian menyebabkan migrain atau tension-type headache (TTH/sakit kepala tegang).
"Jika air mata disebabkan oleh situasi emosional yang penuh tekanan, ini dapat melepaskan hormon stres yang disebut kortisol yang mengarah ke peradangan--pemicu sakit kepala serta neuropeptida nyeri lainnya. Sakit kepala juga bisa ditimbulkan dari air mata yang berasal dari kesedihan jangka panjang, seperti kematian orang yang dicintai atau masalah dalam hubungan," ungkap Gupta.
Selain sakit kepala, menangis dalam waktu lama juga dapat menyebabkan mata bengkak dan iritasi, hidung tersumbat, bahkan sakit leher dan rahang. Nyeri leher dan rahang sering disebabkan oleh ketegangan dan kekakuan otot leher dan wajah dalam waktu lama.
ADVERTISEMENT
Selain kesehatan fisik, menangis terlalu lama juga akan mengganggu kesehatan mental, seperti depresi. Menurut National Institute of Mental Health di Amerika Serikat, depresi telah dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi terhadap penyakit kardiovaskular, diabetes, stroke, dan penyakit alzheimer yang dapat berakibat fatal.
Ilustrasi menangis. Foto: Courtney Carmody via Flickr
Beberapa penyakit yang berkaitan dengan menangis adalah Pseudobulbar affect (PBA). Efek pseudobulbar adalah penyakit yang membuat penderitanya tertawa atau menangis tiba-tiba, tanpa ada pemicunya.
Tidak ada pedoman tentang seberapa banyak menangis itu terlalu banyak. Melansir healthline, sebuah penelitian di tahun 1980-an menemukan bahwa wanita rata-rata menangis 5,3 kali per bulan dan pria rata-rata menangis 1,3 kali per bulan. Sebuah studi yang lebih baru menemukan bahwa durasi rata-rata untuk sesi menangis adalah delapan menit.
ADVERTISEMENT
Jika seseoarang menangis dalam waktu rentan yang cukup lama, hal tersebut bisa dikonsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu kondisi fisik dan mental orang tersebut.
(MRT)