NASA Ungkap Foto Menakjubkan Erupsi Gunung Anak Krakatau

Konten dari Pengguna
20 April 2020 17:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED
zoom-in-whitePerbesar
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED
ADVERTISEMENT
Citra dari Gunung Anak Krakatau setelah erupsi pada Jumat (10/4) lalu berhasil ditangkap oleh satelit milik badan antariksa Amerika Serikat, NASA.
ADVERTISEMENT
Pada 13 April lalu, perangkat Operational Land Imager (OLI) pada Landsat 8 memperoleh gambar dengan “warna natural” dari gunung berapi Gunung Anak Krakatau yang erupsi. Citra tersebut juga memiliki tanda inframerah yang dideteksi oleh OLI.
“Lokasi titik panasnya mengindikasikan bahwa asalnya adalah gunung berapi,” ujar Verity Flower, ahli vulkanologi dari USRA yang bekerja di Goddard Space Flight Center milik NASA.
Foto satelit dari NASA memperlihatkan Gunung Anak Krakatau tertutup awan putih. Foto: NASA Earth Observatory/Lauren Dauphin
Foto citra satelit dari NASA tersebut memperlihatkan Gunung Anak Krakatau yang sebagian besar tertutup oleh awan putih. Di sebelahnya, Pulau Krakatau Kecil dapat terlihat dengan amat jelas.
Berdasarkan warnanya, Verity Flower beranggapan bahwa awan putih tersebut terbentuk dari uap air dan gas. Sementara partikel yang berwarna lebih gelap pada gambar tersebut adalah partikel debu.
ADVERTISEMENT
“Ada kemungkinan partikel debu yang dikeluarkan tetap berada di atmosfer bagian bawah dan menyebar ke arah utara melalui angin permukaan,” terang Verity. “Sementara uap air dan gas yang lebih ringan akan naik ke atmosfer bagian atas dan terkondensasi,” lanjutnya.
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Sabtu (11/8). Foto: Dok. PVMBG
Berdasarkan informasi dari situs MAGMA Indonesia, letusan Gunung Anak Krakatau terjadi pada Jumat, 10 April 2020, pada pukul 22:35 WIB. Kolom abu teramati setinggi kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut.
Verity Flower juga menjelaskan ihwal aktivitas Gunung Anak Krakatau yang dianggap cukup aktif beberapa tahun ke belakang.
“Gunung Api Anak Krakatau telah menunjukkan beberapa erupsi kecil secara periodik selama beberapa tahun terakhir. Namun, gunung tersebut juga dapat menghasilkan aktivitas yang lebih merusak seperti erupsi yang memicu terjadinya tsunami,” tutup Flower.
Citra utuh dari satelit milik NASA untuk Selat Sunda pada Minggu (13/4), dua hari setelah erupsi Gunung Anak Krakatau. Foto: NASA Earth Observatory/Lauren Dauphin
(EDR)
ADVERTISEMENT