news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Vaksin Corona AstraZeneca Aman, Uji Klinis Tahap 3 Lanjut Lagi

Konten dari Pengguna
14 September 2020 16:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengobatan virus corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengobatan virus corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Perusahaan obat AstraZeneca akhirnya kembali melanjutkan uji klinis vaksin virus corona. Kelanjutan ini dilakukan perusahaan setelah mendapatkan persetujuan dari otoritas Inggris.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dunia dikejutkan dengan pemberhentian sementara uji klinis vaksin buatan AstraZeneca dan University of Oxford. Pemberhentian tersebut adalah dampak dari seorang relawan yang harus dirujuk ke rumah sakit karena mengalami gejala penyakit lain.
Dalam rilis resminya, AstraZeneca mengaku tidak dapat membuka data relawan tersebut karena masalah privasi. Namun, hampir dua minggu setelah dihentikan sementara, uji klinis dapat dilanjutkan kembali.
Pemberhentian sementara tersebut sempat membuat khawatir banyak orang. Pasalnya, vaksin ini disebut menjadi yang paling unggul dalam usaha global untuk menemukan vaksin dari virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19.
Meski begitu, perusahaan dan para ahli menyampaikan bahwa pemberhentian seperti itu adalah hal yang lumrah dapat terjadi dalam setiap pengujian klinis obat-obatan dan vaksin.
ADVERTISEMENT
“Anda dapat mengambil 30 ribu orang dalam satu kelompok (kemudian memberikannya vaksin uji coba), dan Anda melihat mereka selama dua atau tiga bulan. Besar kemungkinan seseorang akan mengidap penyakit yang Anda tidak sangka,” ungkap Kepala Institut Kesehatan Nasional AS, Francis Collins, kepada NBC.
Perawat membawa seorang pasien virus corona di Inggris. Foto: Hannah McKay/REUTERS
“Dan hingga Anda yakin bahwa hal tersebut tidak berhubungan dengan pengujian (vaksin), Anda harus menghentikan uji klinis untuk sementara.”
Menurut laporan STAT, penyebab uji klinis tahap ketiga itu dihentikan sementara karena ada seorang relawan uji klinis di Inggirs yang dirawat akibat mengalami gejala penyakit saraf.
Gejala yang dialami relawan tersebut mirip dengan gejala transverse myelitis, penyakit yang mengakibatkan pembengkakan pada sumsum tulang belakang. Relawan yang dirawat itu dikabarkan akan segera sembuh.
ADVERTISEMENT
STAT juga melansir bahwa pemberhentian kemarin adalah pemberhentian kedua yang terjadi. Sebelumnya, pemberhetian sementara pertama terjadi ketika seseorang lain mengalami gejala penyakit saraf juga.
Namun, penelitian lanjutan membuktikan bahwa relawan tersebut mengidap sclerosis, suatu kondisi yang sama sekali tidak berhubungan dengan vaksin virus corona yang tengah diuji klinis.
Vaksin "Gam-COVID-Vac" yang dikembangkan oleh Gamaleya National Research Institute of Epidemiology and Microbiology dan Russian Direct Investment Fund (RDIF). Foto: RDIF/Handout via REUTERS
Serangkaian pemberhentian sementara itu, meskipun cukup mengkhawatirkan, terbilang wajar. Hal tersebut dilakukan para ahli untuk memastikan bahwa vaksin corona yang dibuat benar-benar efektif dan aman untuk digunakan.
Tentu saja tidak semua pengobatan yang diuji klinis berhasil lolos ke pasaran untuk dikonsumsi. Administrasi Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) melaporkan bahwa terdapat 22 kasus gagal uji klinis tahap akhir pada tahun 2017.
Dalam 22 kasus tersebut, 14 gagal karena ditemukan tidak efektif. Sebanyak tujuh kasus lainnya gagal karena tidak aman dan tidak efektif, sementara satu kasus ditemukan bahwa obat atau makanan tidak aman untuk dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
FDA meyakinkan publik bahwa seluruh proses pengujian klinis harus dilakukan melalui kaca mata ilmiah yang jelas. Betapa buruknya pandemi yang dialami saat ini, mengharuskan pengujian dilakukan berdasarkan fakta dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.