Makna Hari Raya Kuningan bagi Umat Hindu

Konten dari Pengguna
15 November 2021 8:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makna hari raya Galungan
zoom-in-whitePerbesar
Makna hari raya Galungan
ADVERTISEMENT
Pernah melihat umat Hindu di Tabanan, Bali membagi-bagikan uang kepada masyarakat dan mempersembahkan sesaji kepada para leluhur? Itu berarti kamu sudah menyaksikan perayaan Kuningan. Namun, sudahkah kamu mengetahui makna hari raya Kuningan itu sendiri?
ADVERTISEMENT

Hari Raya Kuningan

Hari raya Kuningan adalah hari raya umat Hindu Dharma di Bali, yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, wuku Kuningan.
Kuningan dirayakan setiap 210 hari menggunakan perhitungan kalender Bali, yang per bulannya berisi 35 hari, tepatnya sepuluh (10) hari usai hari raya Galungan.

Makna Hari Raya Kuningan

Makna Hari Raya Kuningan, Foto: badungkab.go.id
Kata Kuningan bermakna 'kauningan', yang berarti mencapai peningkatan spiritual dengan introspeksi diri untuk menghindari segala bentuk mara bahaya.
Pada hari raya Kuningan, umat Hindu Bali memuja para Dewa, Pitara untuk memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir batin.
Umat Hindu Bali percaya bahwa pada hari tersebutlah para Dewa, Bhatara, diiringi para Pitara turun ke bumi sampai tengah hari saja. Maka dari itu, upacara dan persembahyangan Hari Kuningan hanya dilangsungkan sampai tengah hari.
ADVERTISEMENT
Sesajen untuk Hari Kuningan yang dihaturkan di palinggih utama adalah: tebog, canang meraka, pesucian, canang burat wangi.
Dilansir dari situs resmi Kabupaten Buleleng, terdiri dari nasi kuning, lauk-pauk ikan laut, telur dadar, dan wayang-wayangan yang berasal dari pepaya atau mentimun. Tebog menggunakan dasar taledan yang berisi 2 ketupat nasi dan sampiannya, yang disebut sebagai kepet-kepetan. Apabila seorang umat tidak bisa membuat tebog, maka ia bisa menggantinya dengan piring.
Sedangkan yang dihaturkan di palinggih yang lebih kecil adalah: nasi selangi, canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi.
Kemudian di kamar suci (tempat pembuatan sesajen), dihaturkan pengambeyan, dapetan berisi nasi kuning, lauk pauk, dan daging bebek.
Terakhir, di palinggih semua bangunan (pelangkiran), diisi berbagai gantungan, tamiang, dan kolem.
ADVERTISEMENT
Setiap rumah tangga membuat dapetan, yang berisi sesayut prayascita luwih nasi kuning dan lauk daging bebek atau ayam.
Sesayut prayascita luwih adalah dasar kulit sesayut, yang berisi tulungagung (dialas tamas), yang sisi atasnya seperti cili.
Bagian tengahnya diisi nasi, lauk-pauk, dan sisi atasnya diisi tumpeng yang ditancapkan dengan bunga teratai putih.
Makna hari raya Galungan tersebut akan dihayati oleh umat Hindu Bali pada 20 November 2021 mendatang.(BRP)