Di Pulau Ini Seorang Pria Harus Bisa Merajut Supaya Dapat Jodoh

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
6 September 2021 14:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pria di Taquile merajut. (Foto: Peru Travel)
zoom-in-whitePerbesar
Pria di Taquile merajut. (Foto: Peru Travel)
ADVERTISEMENT
Sebuah tradisi unik yang sudah berlangsung 500 tahun di pulau kecil bernama Taquile baru-baru ini jadi sorotan. Sebab, pria penduduk pulau di Peru tersebut harus bisa merajut untuk bisa mendapatkan jodoh.
ADVERTISEMENT
Mengutip BBC, Pulau Taquile selama ini memang terkenal dengan tekstil dan pakaiannya. Penduduk sana kebanyakan bekerja di bidang tekstil; para perempuan menjadi penenun dan perawat domba, sementara para laki-laki membuat chullo—topi khas Andes.
Mengenai chullo, topi khas tersebut dianggap penting oleh orang-orang Taquile. Pasalnya, topi itu digunakan sebagai penunjuk keterampilan para pria, juga jadi simbol menampilkan status pernikahan, impian, juga aspirasi.
Pria di Taquile merajut. (Foto: Bcasterline/Wikipedia)
Lahir di pulau dengan jumlah penduduk 1.300 orang tersebut, Alejandro Flores Huatta menceritakan saat-saat ia belajar merajut topi chullo. Disebutkan olehnya, semasa kecil, kakak dan kakeknya mengajarkannya merajut menggunakan duri kaktus.
"Kebanyakan orang di sini belajar dengan mengamati, menonton. Karena saya tak punya ayah, kakak laki-laki dan kakek mengajarkan saya merajut. Jadi, dengan menonton, saya belajar sedikit-sedikit," kata pria berusia 67 tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Adapun diceritakan Alejandro, para pria di Taqui mulai belajar merajut di usia 5 sampai 6 tahun. Chullo pertama yang dibuat berwarna putih, lalu dibebaskan warna untuk kreasi berikutnya. Kemampuan itu harus terus diasah mengingat prosesnya yang rumit.
Pria Taquile merajut. (Foto: hadynyah/Getty Images)
Saking rumitnya, bahkan untuk pria yang paling berpengalaman sekalipun, membutuhkan hampir sebulan untuk membuat chullo. Hal tersebut disebabkan pola yang rumit dan ikonografi spesifik.
Selain itu, chullo juga punya peran penting dalam perjodohan. Pria dipilih pasangan berdasarkan kemampuan merajut dengan jarum kawat kecil. Menurut Alejandro, pria yang rajutan chullo-nya sangat rapat, sampai bisa menahan air, adalah terbaik.
Nantinya, calon mertua menguji chullo calon menantu dengan cara tersebut. Alejandro kemudian membeberkan dengan bangga momen ketika ia melamar sang istri, chullo-nya menahan air hingga 30m tanpa kehilangan setetes air pun.
Alejandro Flores Huatta. (Foto: Romel Velasquez)
"Dia rupanya melihat kemampuan saya dari chullo. Saya dulu membuat topi yang sangat bagus; saya seorang perajut andal," cerita pria yang meminang Teodosia Marca Willy pada 44 tahun silam.
ADVERTISEMENT
Buat Alejandro dan para pria perajut di Taquile, perubahan yang mereka saksikan baru-baru ini membuat usaha pelestarian budaya dan tradisi menjadi lebih penting. Karenanya, mereka terus mewariskan keterampilan merajut mereka kepada keturunannya.
"Kakek saya mengatakan, 'Pria yang tidak merajut bukanlah pria,” ujar Alejandro.
Diketahui, pada 2005, seni tekstil dari Taquile sudah dianggap sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan oleh UNESCO. Alejandro pun jadi salah satu dari tujuh orang di pulau yang diakui sebagai Master Tekstil, bersama presiden pulau, Juan Quispe Huatta. (bob)