Fakta Medis Soal Ketindihan ketika Tidur, Bukan karena Hal Mistis!

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
13 Mei 2022 11:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fenomena ketindihan. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena ketindihan. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Bukan rahasia umum lagi, ketindihan saat kita tidur seringkali dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis. Banyak orang yang percaya ketindihan ini karena makhluk halus yang menindih badan seseorang ketika tertidur sehingga sulit bangkit dari tidur, bahkan sulit untuk berbicara.
ADVERTISEMENT
Lalu, benarkah ketindihan saat tidur ini disebabkan karena hal mistis? Rupanya, fenomena ketindihan ini dapat dijelaskan secara ilmiah. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ulasannya.
Ketindihan Terjadi karena Kinerja Otak
Ilustrasi fenomena ketindihan, Foto: pixabay
Ketindihan dalam istilah medis disebut sebagai sleep paralysis. Itu merupakan fenomena ketika tubuh manusia menderita lumpuh sementara ketika tertidur sehingga orang yang mengalaminya tidak dapat menggerakkan badan maupun berbicara meski telah terbangun dari tidur.
Adapun penyebabnya karena kinerja otak terganggu hingga mengalami kelumpuhan saat tidur dalam waktu singkat. Ketika dalam kondisi ini, otak mengalami sinkronisasi sehingga mengakibatkan kelumpuhan otak untuk sementara.
Dalam kondisi tertidur, manusia dapat mengalami dua fase yakni rapid eye movement (REM) dan non-rapid eye movement (NREM) movement. NREM ini merupakan fase ketika manusia tertidur dalam keadaan rileks. Sementara REM adalah fase saat tubuh manusia dalam tidur keadaan rileks namun kondisi mata bisa bergerak cukup cepat.
ADVERTISEMENT
Kedua fase ini saling terikat di mana pada kondisi peralihan tubuh manusia dapat terbangun dari tidurnya. Kendati demikian, tak selamanya kinerja otak dapat bekerja dengan cepat hingga terkadang membuat orang kesulitan untuk bangkit dari tidur.
Saat itu terjadi, otak beserta otot di tubuh yang masih lumpuh tengah mengalami peralihan dan dalam keadaan tidur karena kondisi dalam keadaan rileks. Hal inilah yang membuat tubuh tidak bisa bergerak meski kedua mata telah terbuka. Sebab, kinerja otak tidak selalu bisa merespons dengan cepat apalagi dalam kondisi tidur yang rileks atau pulas.
Ketindihan Rentan Dialami Penderita Insomnia dan Gangguan Stres
Ilustrasi fenomena ketindihan, Foto: pixabay
Ketindihan dapat menimpa siapa saja. Selain dipengaruhi kinerja otak, ketindihan rentan dialami oleh penderita insomnia atau mereka yang memiliki masalah sulit tidur. Selain itu, ketindihan juga cenderung dialami orang yang menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD).
ADVERTISEMENT
Mengapa demikian? Penelitian menyebut kinerja otak pada dua penderita ini cenderung mengalami gangguan akibat kondisi yang dialaminya, termasuk ketika tertidur pulas. Peralihan dari fase REM dan NREM mengakibatkan orang sangat-sangat rileks saat tertidur dan rentan menyebabkan ketindihan.
Meski begitu, fenomena sleep paralysis ini hanya akan berlangsung beberapa detik atau menit. Setelah itu, kinerja otak dan otot tubuh akan perlahan sinkron dan normal kembali. Setelah begitu, orang pun dapat terbangun dari tidur seperti pada umumnya.
Itulah fakta medis atau ilmiah mengenai fenomena ketindihan. Jadi, ketindihan ini tidaklah karena hal mistis ya karena dapat dijelaskan secara medis. (fre)