Kisah Orang-orang yang Dieksekusi Mati Tapi Tak Terbukti Bersalah

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
2 Maret 2021 5:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah tragis orang-orang yang dieksekusi mati namun tak terbukti bersalah. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Kisah tragis orang-orang yang dieksekusi mati namun tak terbukti bersalah. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Hukum tak memandang siapapun yang terbukti bersalah. Apalagi jika perbuatan yang dilakukan tergolong berat seperti pembunuhan berantai atau pemerkosaan disertai pembunuhan, maka hukuman mati menjadi kerap kali dijatuhkan oleh pengadilan.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana jika seorang terpidana divonis mati lalu dieksekusi namun pada kemudian hari orang tersebut ternyata terbukti tidak bersalah melakukan pelanggaran sebagaimana dituduhkan?
Kejadian itu pernah terjadi di berbagai negara di dunia. Ada empat orang yang dinilai pengadilan melakukan pelanggaran berat seperti pembunuhan lalu divonis hukuman mati, namun ternyata mereka tidak terbukti bersalah setelah eksekusi telah dilakukan.
Dihimpun berbagai sumber, berikut kisah tragis empat orang tak terbukti bersalah setelah dieksekusi mati.
1. Colin Campbell Ross
Colin Campbell Ross dituduh telah membunuh seorang gadis muda bernama Alma Tirtschke pada medio akhir 1921 di Melbourne, Australia. Dia mendapat vonis hukuman mati meski bukti-bukti saat itu kurang mendukung tuduhan.
Ross dieksekusi mati pada 24 April 1922. Kepolisian Melbourne melakukan eksekusi dengan eksperimen alias cara baru, yakni tali gantungan beruntai empat.
ADVERTISEMENT
Ross sempat mengalami kesekaratan hebat sebelum tali tersebut melenyapkan nyawanya.
Setelah eksekusi mengerikan itu, upaya dilakukan untuk membersihkan namanya. Namun baru pada 1990-an bukti kunci diperiksa ulang menggunakan teknik forensik modern.
Ilustrasi hukuman mati. Foto: Unsplash.com/tingeyinjurylawfirm
Pada 1995, peneliti Kevin Morgan yang tertarik dengan kasus Ross kemudian berhasil memeriksa ulang rambut korban menggunakan teknologi terkini.
Tiga tahun kemudian pada tahun 1998, sebuah tes oleh Institut Kedokteran Forensik Victoria mengkonfirmasi kecurigaan tersebut, rambut tersebut bukan dari kulit kepala korban Alma Tirtschke.
Setelah temuan-temuan terbaru itu, permohonan pengampunan diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung Victoria pada tahun 2006, dan pada tanggal 27 Mei 2008 Gubernur Victoria mengampuni Ross, yang diyakini sebagai kesalahan hukuman pertama dalam sejarah Australia.
2. Cameron Todd Willingham
ADVERTISEMENT
Cameron Todd Willingham dieksekusi mati pada 16 Februari 2004. Pria asal Corsicana, Texas, Amerika Serikat itu dieksekusi dengan tuduhan pembunuhan terhadap tiga putrinya.
Dalam dakwaan pengadilan, Cameron dinilai dengan sengaja dan sadar membakar rumahnya untuk menutupi kasus pelecehan yang ia lakukan. Tetapi istri Willingham bersaksi bahwa dia tidak pernah melecehkan anak-anak.
Bukti-bukti yang dituduhkan kepadanya, yakni cairan yang mudah terbakar. Ilmu pengetahuan saat itu menunjukkan penggunaan akselerator cairan menyimpulkan bahwa kebakaran itu disengaja. Itu adalah kasus pembakaran.
Namun, lima tahun setelah Cameron dieksekusi mati, David Grann menulis laporan investigasi kasus tersebut di The New Yorker. Menurut penelitiannya, kemajuan dalam ilmu api dan analisis penyelidik kebakaran menunjukkan bahwa bukti pembakaran oleh Cameron tidak cukup.
ADVERTISEMENT
Pada 23 Juli 2010, sebuah panel dari Komisi Ilmu Forensik Texas mengakui bahwa penyelidik kasus pembakaran saat itu menggunakan "ilmu pengetahuan yang cacat" untuk membuktikan bahwa kebakaran itu disengaja.
3. Carlos DeLuna
Carlos DeLuna diekseksi mati pengadilan Texas, Amerika Serikat, hanya karena punya kemiripan dengan pelaku pembunuhan. Dia dieksekusi dengan cara disuntik mati pada 1989.
Carlos DeLuna awalnya sempat ditahan namun dibebaskan oleh kepolisian. Saat itu dia menyaksikan pembunuhan seorang pegawai pompa bensin wanita bernama Wanda Lopez yang dilakukan oleh kenalannya, Carlos Hernandez, pada 1983.
Wajah DeLuna dan Hernandes punya kemiripan. Penampilan dan ras Hispanik juga sama. Bahkan nama depan mereka juga sama-sama Carlos turut memberi andil pada keputusan hukum pada DeLuna.
ADVERTISEMENT
Seorang saksi mata kemudian memberikan kesaksian karena faktor-faktor tersebut dan mengidentifikasi bahwa DeLuna pelaku pembunuhan terhadap Wanda, sementara Hernandez lepas dari tuduhan.
Carlos DeLuna (kiri). Foto: Istimewa.
Belakangan profesor hukum dari Sekolah Hukum Columbia, James Liebman bersama lima mahasiswanya membeberkan fakta hukum sesungguhnya.
Mereka menghabiskan waktu lima tahun untuk meneliti dan menganalisis kasus DeLuna. Dalam laporan berjudul 'Los Tocayos Carlos: Anatomy of a Wrongful Execution', terungkap bahwa DeLuna dihukum mati hanya berdasarkan satu bukti, yakni kesaksian satu orang.
Padahal bukti-bukti lain menunjukkan dia tidak bersalah. Liebman menyebut DeLuna dihukum mati berdasar atas investigasi yang tidak menyeluruh.
Liebman menjabarkan bahwa DeLuna ditangkap oleh polisi tidak jauh dari lokasi kejadian. Salah seorang saksi mata mengidentifikasi pelaku merupakan seorang pria keturunan Hispanik yang berlari menjauh dari pom bensin setelah melihat polisi. Padahal ciri-ciri pelaku dan DeLuna sangat bertolak belakang.
ADVERTISEMENT
DeLuna saat itu mengenakan kemeja putih dan baru saja bercukur, sedangkan si pelaku mengenakan kemeja abu-abu dan berkumis. Selain itu, saksi mata juga mengatakan bahwa pelaku kabur ke arah utara, sedangkan DeLuna ditangkap di wilayah timur.
"Saya tidak melakukannya, tapi saya tahu siapa yang melakukannya," ucap DeLuna saat memberi keterangan kepada polisi.
DeLuna mengaku saat itu dia berlari menjauhi polisi karena dia sedang dalam hukuman percobaan dan baru selesai minum-minum alkohol. DeLuna juga mengakui dirinya melihat pelaku sebenarnya, Carlos Hernandez masuk ke area pom bensin.
DeLuna pun disuntik mati atas tuduhan dan bukti-bukti yang tidak menyeluruh dalam penyelidikan kepolisian.
Selang beberapa tahun kemudian, Hernandez yang tengah dipenjara atas kasus penbunuhan terhadap wanita lain memberi pengakuan.
ADVERTISEMENT
Sebelum meninggal di penjara karena sakit liver, Hernandez mengakui kepada polisi bahwa dialah pelaku sesungguhnya pembunuhan terhadap Wanda Lopez.
4. Timothy Evans
Timothy Evans dieksekusi mati dengan cara digantung pada pada 9 Maret 1950 oleh pengadilan London, Inggris. Dia dituduh telah membunuh istrinya, Beryl Susanna Thorley dan putri mereka, Geraldine.
Awal mula kasus kematian Beryl dan Geraldine ini dimulai ketika tetangga mereka, John Cristie menawarkan bantuan kepada mereka untuk melakukan aborsi. Saat itu, November 1949, Beryl tengah hamil anak kedua dan bersama Evans sepakat untuk mengunggurkan kandungan karena tengah kesulitan finansial.
Pada 8 November 1949, ketika Evans pulang kerja, John Christie memberitahu bahwa istrinya meninggal karena aborsi yang gagal dan putrinya akan dirawat oleh pasangan dari East Acton. Dia menyarankan agar Evans meninggalkan London untuk sementara waktu.
ADVERTISEMENT
Belakangan kasus tersebut diselidiki kepolisian. Polisi kemudian melakukan penyelidikan menyeluruh dan mencari mayat istri dan anaknya.
Polisi kemudian menemukan mayat Beryl dan Geraldine di rumahnya. Evans kemudian menerima tuduhan itu dan bertanggung jawab atas kematian istri dan anaknya.
Evans dinyatakan bersalah oleh hakim dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung, pada 9 Maret 1950.
Tiga tahun kemudian, polisi menemukan sisa-sisa kerangka beberapa wanita di kediama John Christie. Polisi kemudian melakukan penyelidikan atas temuan tersebut.
Didapati ternyata John Christie merupakan pembunuh berantai kepada beberapa perempuan. Dia juga mengakui telah membunuh Beryl dan Geraldine.
Dia kemudian dieksekusi mati pada 15 Juli 1953. Atau tiga tahun setelah Evans yang ternyata tidak bersalah dieksekusi mati.
ADVERTISEMENT
Pada Januari 2003, kerabat Evans menerima kompensasi atas kegagalan keadilan dalam persidangannya. (ace)