Kisah Pesugihan Pengusaha Resto, Diminta Tumbal oleh Mustika Keong Emas

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2020 8:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mustika keong emas. Foto: https://mustikagaib.com
zoom-in-whitePerbesar
Mustika keong emas. Foto: https://mustikagaib.com
ADVERTISEMENT
Pak Dedi pendatang baru di desa Sukamaju, membeli sepetak sawah di tepi jalan masuk desa. Ia mendirikan usaha restoran khas tradisional. Meski usahanya sepi pembeli, Pak Dedi mampu membeli sawah-sawah di sekeliling restorannya.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu 2 tahun, usaha restoran yang dibukanya semakin melebar hingga 2 hektar. Ia pun mengembangkan lagi dengan membuat penginapan bernuansa rumah tradisional. Berjajar bangunan pondok tradisonal disediakan untuk disewakan bagi wisatawan.
Lokasi resto dan penginapan Pak Dedi berada di pedesaan yang cukup sejuk dan tenang. Konsep arsitektur tradisonal bernuansa rumah Jawa menjadikan komplek usaha ini cukup nyaman untuk tempat beristirahat. Menu restoran yang ditawarkan pun tergolong murah dan lezat. Namun, entah kenapa, usaha Pak Dedi ini tetap saja sepi pengunjung.
Meski usahanya terlihat sepi, penampilan Pak Dedi dan istrinya di desa cukup mencolok. Pakaian, perhiasan, dan benda-benda mahal menempel selalu di tubuhnya. Mobil merk ternama berjajar di halaman rumahnya. Harta melimpah dan pesta pora yang sering digelar, melengkapi gaya hidupnya.
ADVERTISEMENT
**
Dua tahun sejak kedatangan Pak Dedi di desa Sukamaju, banyak kejadian warga meninggal dunia mendadak. Pak Tarigan pendekar silat di desa itu, jantungnya berhenti tiba-tiba ketika sedang olahraga pagi. Pak Joko ditemukan sudah tak bernyawa di kamarnya pada pagi hari. Mbah Karso tewas gantung diri di kandang sapi. Anak balita Pak RT sakit panas di pagi hari, dan sorenya harus meregang nyawa. Begitu pula Yu Parmi, Lek Kamijo, Pakde Pawiro, dan beberapa penduduk lainnya.
Orang-orang yang meninggal dunia ini ditengarai memiliki hubungan langsung dengan Pak Dedi. Mereka yang meninggal juga merupakan pemilik tanah sawah yang dibeli oleh Pak Dedi. Hal itu membuat warga desa Sukamaju menjadi resah. Seolah nyawa melayang dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Warga desa yang resah mencoba menghubung-hubungkan peristiwa kematian ini dengan kedatangan Pak Dedi. Pesugihan, mereka pikir. Namun karena tidak ada bukti, maka hal ini hanya menjadi rumor yang berkembang di kalangan warga.
Ilustrasi restoran dan penginapan bernuansa alam. Foto : unspash/Yudy Prasetya
Bejo, pemuda desa bekerja sebagai petugas kebersihan di komplek usaha Pak Dedi. Setiap hari Bejo menyapu halaman, merawat taman, dan membersihkan ruang restoran dan juga pondok-pondok penginapan. Suatu siang Bejo sedang membersihkan rerumputan di taman samping kamar Pak Dedi. Tak sengaja Bejo menemukan seekor siput di permukaan daun. Seketika Bejo akan membuangnya. Tapi dihentikannya. Ia mengamati siput itu dengan seksama. Ada yang aneh, batinnya. Siput itu tampak berbeda dengan siput kebanyakan. Hewan moluska ini memiliki cangkang yang tebal dan bersinar, warnanya kuning emas. Bejo membiarkan siput itu tetap berada di taman. Malam harinya Bejo tak bisa tidur nyenyak. Ia gelisah akan keberadaan siput di taman.
ADVERTISEMENT
**
Pagi itu Pak Dedi tampak kebingungan mencari sesuatu. Disisirnya seluruh ruangan dan halaman komplek usaha restoran dan penginapan itu. Sejengkal demi sejengkal ia mengamati keadaan. Raut muka Pak Dedi sangat gelisah kebingunan mencari hewan peliharaan-nya
“Kemana perginya Keong Emasku ya, seharusnya dia ada di kotak,” gumamnya.
“Ohhh… aku terlambat memberinya makan. Belum ada lagi warga desa yang dikorbankan sebagai persembahan,” ujar Pak Dedi lirih.
Sesuai perjanjian ghaib antara Pak Dedi dengan Mbah Kamal sesepuh petilasan Parangkusumo di pantai selatan Jawa, Pak Dedi harus menumbalkan sebuah nyawa dari orang-orang di sekitarnya. Setiap dua bulan, tumbal diserahkan demi memberikan makan bagi Keong Emas pesugihannya. Jika persembahannya lancar, maka uang ghaib pun akan mengalir deras ke kantongnya. Usaha restoran dan penginapan tetap akan menjadi kamuflase saja untuk menutupi kelakuannya.
ADVERTISEMENT
**
Keesokan harinya, Bejo ditemukan tak bernyawa di kamarnya. Tubuhnya kaku dan badannya membiru. Peristiwa ini masih meninggalkan tanda tanya besar bagi warga desa Sukamaju.
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.
Wah mengerikan sekali ya sobat Kumparan! Di media sosial juga ramai diperbincangkan mengenai tumbal seperti ini, dan katanya, masih sangat sering terjadi di kawasan pedalaman. Sangat prihatin dengan korban yang meninggal tanpa tahu alasan jelas dari kematian tersebut. Semoga bisa lebih bijak lagi dalam meraih kesuksesan ya! (bel)