Kronologi Lain Kasus Pasien Covid-19 yang Dipukuli Warga, Istri Buka Suara

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
26 Juli 2021 8:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pihak terkait kasus pasien Covid-19 dipukuli warga. (Foto: @poldasumaterautara/Instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Pihak terkait kasus pasien Covid-19 dipukuli warga. (Foto: @poldasumaterautara/Instagram)
ADVERTISEMENT
Peristiwa pemukulan pasien Covid-19 di Kabupaten Tobasa, Sumatra Utara baru-baru ini bikin geger. Disebutkan, pasien tersebut dipukuli warga menggunakan kayu ketika hendak isolasi mandiri. Namun, beredar kronologi lain yang dibeberkan warganet.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, pria bernama Salamat Sianipar sempat bikin heboh lantaran dilaporkan dipukuli oleh warga kala hendak isolasi mandiri di Dusun Bulu Silape, Kecamatan Silaen. Rekamannya yang diunggah di Instagram Joshua Banjarnahor pun viral.
Kejadian tersebut, dijelaskan dalam unggahan Joshua, dialami ketika Salamat hendak pulang ke kediamannya. Sebelumnya, beberapa hari ia isoman di gubuk yang jauh dari pemukiman warga akibat Covid-19.
Penganiayaan warga yang ingin isoman di Desa Sianipar, Kecamatan Silaen Tobasa. Foto: Instagram/@banjarnahor
Namun kronologi lain diceritakan beberapa pihak, menyebut peristiwa sebenarnya terjadi dikarenakan Salamat tidak disiplin isoman usai dinyatakan positif Covid-19. Keterangannya disampaikan oleh Irene Debora lewat akun Instagram @explore_siantar.
Dalam percakapan WhatsApp, alih-alih melakukan isolasi mandiri, disebutkan bahwa Salamat malah pergi ke warung-warung di daerah sekitarnya, lalu mencoba memeluk warga setempat.
“Otomatis orang lain protes dan ketakutan. Dibujuk dia biar masuk ke rumahnya untuk isolasi, dia gak mau dan berlarian terus mendekati orang lain. Bahkan bidan desa pun sampai nangis menjerit karena mau dipeluk,” ujar keterangan dalam unggahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Masyarakat pun melaporkannya ke pihak kepolisian, tapi tak bisa segera bergerak karena khawatir tertular Covid-19. Dari sanalah warga kemudian berinisiatif menangkap dan mengikat Salamat, meski akhirnya kabur.
“Kemarin sudah ditemukan dan dibawa ke rumah sakit,” tutup keterangan tersebut.
Oleh sumber lain, disebutkan Salamat baru isoman selama sehari, lalu kabur dengan motor. Aksinya tersebut sempat ditentang warga setempat, tapi tak digubris oleh Salamat yang justru berusaha memeluk.
Disebutkan pula sebab Salamat diusir dengan kayu, yakni lantaran melawan kala diminta kembali ke rumah. Malam harinya, Salamat juga disebut lari ke wilayah persawahan. Ia pun dilaporkan ke polisi oleh warga, lalu dijemput mobil dan dibawa ke Rumah Sakit Porsea.
Terbaru, sang istri angkat bicara lewat akun @poldasumaterautara di Instagram, pada Minggu (25/7) istri Selamat, Risma Sitorus, membenarkan suaminya lari ketika isoman. Ketika sang suami diamankan warga, dirinya dan anak sudah lari duluan karena hendak dipeluk Selamat.
ADVERTISEMENT
"Anakku mau dipeluk, 'nggak mau pak'. Lari kami. Jadi warga yang ngapakannya, kami sudah lari ke bawah," tutur Risma.
Kini unggahan tersebut pun viral, direspons oleh ribuan orang. Beragam komentar diberikan warganet, kebanyakan yang merasa kekerasan tetap tidak dibenarkan, terlepas dari Salamat salah atau tidak.
“Seperti apapun faktanya yang terjadi, perlakuan untuk memukul dan menganiaya manusia tidak bisa dibenarkan. Sebagai masyarakat, kita harus belajar memanusiakan manusia,” ujar akun @kevinsamuelprb.
“Terlebih dari si pasien yang bandel, kenapa tidak masyarakat saja yang ikut berdiam diri di rumah? Waswas bisa, tapi jangan berlebihan, lah, itu manusia juga,” ujar akun @dhelaarpshn04.
“Takut kena tular Covid, malah mukulin, bukannya pulang ke rumah. Hadeh,” sebut akun @gelombangdinamis. (bob)
ADVERTISEMENT