Makan Makanan Pedas Menurut Ahli Berisiko Ketika Sudah Tua, Apa Akibatnya?

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
14 September 2020 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sambal cumi. Foto: Instagram/@ika.sambelkdiyah
zoom-in-whitePerbesar
Sambal cumi. Foto: Instagram/@ika.sambelkdiyah
ADVERTISEMENT
Makanan pedas merupakan salah satu santapan yang digemari masyarakat Indonesia. Kebanyakan hidangan tradisional dari Indonesia bahkan memiliki rasa pedas. Namun sayangnya, belakangan ahli menyebut tak selamanya orang bisa mentolerir rasa pedas.
ADVERTISEMENT
Dari penelitian, semakin tuanya seseorang, maka harus mengurangi konsumsi makanan pedas. Pasalnya, bukan hanya merasakan pedas atau panas dalam, tetapi juga berdampak pada reseptor di seluruh saluran pencernaan atau gastrointestinal (GI).
Nantinya, bila makan makanan pedas terlalu banyak di usia dewasa, saluran pencernaan akan lebih mudah mendeteksi capsaicin alias kimia dalam cabai, menyebabkan sakit perut, diare, dan sensasi panas dalam perut yang begitu menyakitkan.
Makan pedas Foto: Shutterstock
Dikutip dari Channel News Asia, konsultan di Departemen Gastroenterologi dan Hepatologi di Singapore General Hospital, Dokter Andrew Ong, mengamini hal tersebut. Orang di usia menengah dikatakan lebih cenderung memulai pengobatan penyakit kronis.
Imbas dari obat-obatan yang dikonsumsi untuk kolesterol dan tekanan darah tinggi, di usia tua akan lebih sensitif ketika mengonsumsi makanan pedas. Alhasil, efek yang ditimbulkan akan semakin parah.
ADVERTISEMENT
“Beberapa efek samping obat-obatan juga dapat mengiritasi saluran pencernaan dan membuat pasien lebih sensitif terhadap efek makanan pedas," ujar Dokter Ong.
Ceker Setan. (Foto: Instagram/@wareg_id dan @belangaindonesia)
Adapun menurut Ong, orang-orang yang mesti perlahan mengurangi konsumsi makanan pedas adalah para generasi sandwich. Diketahui, generasi sandwich adalah orang-orang yang masih harus membiayai kehidupan orang tua, pasangan, dan anak-anaknya.
Alasannya, ketika harus membiayai hidup orang tua beserta pasangan dan anak-anak, orang tersebut tentu akan mendapat tekanan yang lebih besar. Alhasil, orang itu akan lebih mungkin terdampak makanan-makanan pedas.
“Penelitian menunjukkan stres menurunkan ambang nyeri pada saluran pencernaan. Jadi, pasien yang tengah mengalami stres cenderung lebih merasakan gejalanya,” ujar Ong.
Faktor lain disebutkan, orang yang kurang terpapar makanan pedas hingga bertahun-tahun juga sebaiknya menghindarinya. Pasalnya, toleransi yang rendah terhadap makanan seperti itu juga bisa jadi sebab penyakit-penyakit pencernaan. (bob)
ADVERTISEMENT