Ritual Unik Warga Jepang, Ramai-ramai Mandi Es Sambil Doakan Pandemi Segera Usai

Ritual unik di Jepang, mandi es untuk doakan pandemi segera berakhir. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Sejumlah warga Jepang yang melakukan ritual unik dari agama Shinto baru-baru ini menuai sorotan publik. Mereka melakukan mandi es di depan kuil Tokyo, kemudian berdoa agar pandemi COVID-19 segera berakhir.

Mengutip dari Reuters, para pria mengenakan cawat tradisional dan ikat kepala dan beberapa perempuan mengenakan jubah berwarna putih melakukan tepuk tangan dan merapalkan doa sebelum masuk ke kolam berisi air es.

Sekitar 12 orang mengikuti ritual unik yang diselenggarakan tiap tahun tersebut, yakni di kuil Teppou-zu Inari. Selain berdoa untuk berakhirnya pandemi, hal tersebut juga ditujukan guna membersihkan jiwa.

Ritual unik di Jepang, mandi es untuk doakan pandemi segera berakhir. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Namun, tahun ini jumlahnya menurun drastis di tengah pandemi. Pada tahun-tahun sebelumnya, ritual tersebut bisa dipadati banyak orang. Seperti misalnya pada awal 2020 lalu, ratusan orang yang hadir ke acara tersebut.

Ritual dimulai dengan kegiatan pemanasan dan menyerukan doa-doa di tempat terbuka. Suhu udara mencapai 5,1 derajat celsius, sembilan orang pria dan tiga perempuan langsung masuk ke kolam berisi air dingin dan balok es.

“Saya berdoa agar virus corona berakhir secepatnya,” kata kepala jemaat ‘Yayoikai’ di kuil tersebut selepas ritual.

Doa pria berusia 65 tahun tersebut tentu beralasan kuat. Jepang dikabarkan kesulitan menghentikan penularan virus corona baru-baru ini, dengan catatan 1.494 kasus baru pada Minggu (10/1/2021) di Tokyo.

Ritual unik di Jepang, mandi es untuk doakan pandemi segera berakhir. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Pemerintah, pada Kamis (7/1) lalu, sebagai langkah menghentikan penyebaran virus, sampai harus mengumumkan status darurat terbatas di Tokyo dan tiga prefektur sekitar yang mencakup 30 persen dari populasi Jepang.

Adapun ritual viral mandi es tersebut diberi tema ‘menangkal pandemi’ khusus untuk tahun ini. Salah satu partisipan, Naoaki Yamaguchi, memberi testimoni terhadap ritual tahun ini. Menurutnya, pemandian es menjadi semakin dingin karena peserta tahun ini sedikit.

“Normalnya kami punya lebih banyak partisipan dan itu membuat temperatur air lebih hangat. Namun, tahun ini, hanya ada 12 orang, jadi (dingin) kebangetan,” ungkap pria berusia 47 tahun tersebut. (bob)