Seabad Lebih, Plastik Pertama dari Tahun 1907 Sampai Sekarang Belum Terurai

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
21 September 2021 11:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pekerja memilah sampah plastik yang dapat didaur ulang di tempat penampungan, Desa Gampong Jawa, Banda Aceh. Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memilah sampah plastik yang dapat didaur ulang di tempat penampungan, Desa Gampong Jawa, Banda Aceh. Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
ADVERTISEMENT
Plastik merupakan salah satu bahan yang paling umum digunakan oleh berbagai produk. Paling sering, bahan tersebut digunakan untuk memproduksi kantong pembawa barang-barang belanjaan.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang diketahui, plastik tidak ramah lingkungan lantaran sangat sulit diurai. Baru-baru ini bahkan terkuak fakta mengejutkan bahwa plastik yang pertama kali diciptakan, yakni pada 1907 silam, belum juga bisa terurai.
Hal tersebut disampaikan Penasihat Lingkungan, Henriette Faergemann. Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia itu menyebutkan plastik tersebut masih belum juga bisa terurai lantaran tidak bisa dibakar.
Ilustrasi sampah botol plastik. Foto: Shutterstock
"Kalau tidak bisa dibakar, entah di mana di suatu tempat, plastik-plastik akan tetap ada di bumi kita. Plastik yang digunakan pada 1907, yakni kala pertama kali plastik ditemukan, masih ada sampai sekarang karena tidak terurai," kata Faergemann, Sabtu (18/9/2021).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa sampah plastik berdampak serius pada kelangsungan hidup biota laut, bisa membunuh hewan-hewan nyaris punah seperti penyu hingga paus. Burung-burung yang tak sengaja memakannya pun bisa terbunuh.
ADVERTISEMENT
Kerap dibuang ketika sudah tak dibutuhkan, plastik tersebut lantas menjadi limbah. Pernyataan dari hasil penelitian PBB, pada 2025, jumlah plastik di lautan bisa mengalahkan jumlah ikan.
Petugas menunjukkan contoh sampah plastik yang diduga mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) saat melakukan pemeriksaan. Foto: ANTARA FOTO/Andaru
"Banyak penelitian memperkirakan sampah plastik jumlahnya luar biasa besar, yakni antara 15 hingga 21 triliun di samudra kita, di antaranya Samudra Atlantik, Samudra Arktik sampai Antartika, lalu Pasifik sampai Hindia," kata Henriette.
Sebanyak 80 persen plastik saat ini dijadikan kantong, botol, gelas, hingga sedotan yang normalnya sekali pakai. Guna mengurangi produksi benda-benda tersebut, tentu konsumen mesti mempertimbangkan alternatif yang bisa didaur ulang.
Pasalnya, masih dari Henriette, plastik pertama yang dibuat saja masih belum terurai, apalagi nantinya jika saat ini masih menggunakan bahan tersebut. Besar kemungkinan sampai puluhan tahun ke depan manusia masih akan sibuk mengurainya.
ADVERTISEMENT
"Produksi plastik masih bertumbuh dengan sangat pesat. Plastik tidak bisa terurai sendiri," ujar Henriette yang kini viral. (bob)