1.953 Perawat di Jatim Terpapar COVID-19, 58 di Antaranya Meninggal Dunia

Konten Media Partner
3 Januari 2021 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua DPW PPNI Jatim Prof. Nursalam
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPW PPNI Jatim Prof. Nursalam
ADVERTISEMENT
Perawat di Jawa Timur (Jatim) yang meninggal karena terpapar COVID-19 kembali bertambah dengan berpulangnya Moh. Endro Margono pada Sabtu (2/1) sekitar pukul 23.20 WIB. Meninggalnya perawat RS Bunda Surabaya ini menambah daftar panjang perawat yang gugur karena COVID-19.
ADVERTISEMENT
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim mencatat per 3 Januari 2021 sebanyak 1.953 perawat terpapar COVID-19, 58 di Antaranya meninggal dunia. Surabaya menjadi kota penyumbang terbanyak perawat yang meninggal karena paparan COVID-19 sebanyak 17 perawat, disusul Sidoarjo 4 perawat, dan Sumenep 3 perawat.
"Dari catatan kami, di bulan Desember kemarin menjadi yang terbanyak perawat yang meninggal karena COVID-19, yakni 18 perawat," ujar Ketua DPW PPNI Jatim Prof. Nursalam, kepada Basra, Minggu (3/1).
Melihat kondisi saat ini dimana kasus COVID-19 yang kembali melonjak, lanjut Nursalam, membuat pihaknya cukup ketir-ketir. Pasalnya dengan semakin bertambah banyaknya pasien COVID-19, otomatis tenaga perawat yang dibutuhkan juga bertambah.
"Sekarang ada penambahan ruangan maupun rumah sakit baru sebagai tempat rujukan pasien COVID-19, sehingga tambahan perawat juga dibutuhkan. Karenanya saat ini yang bisa dilakukan adalah merekrut relawan, dan ini jelas butuh perhatian tersendiri mengingat mereka (perawat baru) belum ada pengalaman menangani pasien COVID-19, bukan bidang mereka," jelas Nursalam.
ADVERTISEMENT
Ruangan baru yang dibuka untuk merawat pasien COVID-19, juga dinilai kurang memenuhi persyaratan. Sehingga hal ini semakin rentan terjadinya penularan COVID-19.
Kondisi semakin diperparah dengan antrian pasien COVID-19 yang banyak terjadi di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Mereka mengantri untuk mendapatkan kamar perawatan. Tak pelak, tenaga perawat pun kian terkuras.
"Tentunya risiko perawat dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya tertular sangat tinggi dengan kondisi seperti sekarang ini," tegas Nursalam.
Nursalam pun mengimbau kepada para perawat yang saat ini tengah berjibaku dengan pasien COVID-19 untuk lebih disiplin lagi menerapkan protokol kesehatan. Pihaknya, lanjut Nursalam, juga meminta agar shift para perawat tersebut bisa lebih diperpendek agar tak terjadi kelelahan yang dapat mempermudah tertular COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Pergantian shift bisa dilakukan setiap dua jam sekali, agar mereka (perawat) tidak kelelahan. Saya juga berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan segala fasilitas kesehatan yang ada demi meminimalisir penularan COVID-19," tukasnya.
Tak lupa, Nursalam juga menghimbau masyarakat untuk tak kendor menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker saat beraktivitas dinluar rumah, menjaga jarak satu sama lain, hingga rajin mencuci tangan.
"Tolong protokol kesehatannya jangan sampai kendor. Ini demi kebaikan kita bersama," pungkasnya.