12 Tahun Taman Bacaan Kawan Kami Jadi 'Pijar' untuk Anak Kampung Dolly

Konten Media Partner
1 Mei 2019 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto : Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Warga kampung Dolly tak pernah berhenti menginspirasi. Bila dulu Dolly dikenal sebagai pusat lokalisasi, kini makin banyak kegiatan literasi di kampung ini. Mulai dari Dolly English Club untuk para ibu rumah tangga dan anak-anak, hingga adanya Taman Bacaan Kawan Kami di Jalan Putat Jaya II A Surabaya.
ADVERTISEMENT
Ketika Basra mengunjungi taman bacaan tersebut, terlihat deretan buku tersusun rapi di dalam lemari kayu berwarna cokelat. Tak ketinggalan deretan piala di atas lemari dengan torehan prestasi yang membanggakan, seakan memperlihatkan betapa pentingnya dunia pendidikan.
Di sela-sela kesibukannya mengajar membaca kepada anak-anak kecil eks lokalisasi, Kartono menceritakan lika-liku berdirinya taman bacaan ini. “Kami ingin melindungi anak-anak yang berada di kawasan lokalisasi,” beber Kartono saat berbincang dengan Basra.
Dulu, kata Kartono, anak-anak di kampung Dolly tinggal di lingkungan yang sama dengan pekerja seks komersial (PSK). Ia juga menyadari jika sumber mata pencaharian warga setempat termasuk orang tua mereka berasal dari bisnis terlarang itu.
“Dengan lingkungan seperti itu, membuat hak-hak anak tidak terpenuhi. Contohnya seperti hak bermain, belajar, bahkan istirahat pun terkadang mereka harus diganggu dengan suara bising musik karaoke,” ujar pria 56 tahun ini.
Pasca-penutupan Dolly, Kartono bersama dengan sejumlah relawan mencurahkan rasa kepeduliannya dengan mendirikan perpustakaan yang diberi nama Taman Bacaan Kawan Kami pada 2007 silam.
ADVERTISEMENT
“Membaca itu salah satu pintu terbaik untuk melakukan perubahan yang positif di kawasan eks lokalisasi ini,” tutur Kartono.
Dalam pembentukannya, taman baca yang biasa dikunjungi oleh 20 anak per hari itu pun memiliki program yang menunjang visi dan misi.
“Tujuannya ada jangka pendek, menengah, dan panjang. Satu sampai dua tahun itu dibuat untuk promosi dan sosialisasi, tiga sampai lima tahun mengembangkan pra sarana dan jangka panjangnya taman bacaan ini menjadi pusat informasi pendidikan,” jelasnya.
Foto : Amanah Nur Asiah/Basra
Kartono juga berharap adanya peran pemerintah untuk menunjang kelangsungan proses belajar mengajar anak-anak. ''Dengan adanya taman bacaan ini, semoga anak-anak sini (kawasan eks lokalisasi) lebih gemar membaca. Karena dengan membaca anak-anak dapat lebih pandai dan banyak ilmu yang didapat," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Andriani Agustin, salah seorang anak yang berada di eks lokalisasi mengaku senang dengan hadirnya Taman Bacaan Kawan Kami di lingkungan mereka. Bocah yang akrab disapa Dini ini mengatakan adanya taman bacaan di daerah sekitar rumahnya membuat ia dan teman-teman menjadi lebih mudah belajar.
"Saya senang, karena bisa belajar bersama teman-teman di sini (taman bacaan). Apalagi tempatnya dekat sama rumah," tutur bocah yang senang membaca buku cerita ini. (Reporter : Amanah Nur Asiah / Editor : Windy Goestiana)