Anak Generasi Pandemi Butuh Lebih Banyak Stimulasi dan Interaksi Alami dari Ortu

Konten Media Partner
14 Oktober 2022 16:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Interaksi ibu dan anak. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Interaksi ibu dan anak. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Generasi Alfa yang lahir ketika pandemi memiliki tantangan yang lebih kompleks. Menurut data yang dirilis oleh The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melalui program Learn the Signs. Act Early., 1 dari 6 anak berusia mulai dari 3 tahun mengalami penyesuaian capaian perkembangan - kondisi yang mempengaruhi bagaimana anak-anak bermain, belajar, berbicara, bertindak, atau bergerak.
ADVERTISEMENT
Intervensi dini (sebelum usia sekolah) sangat diperlukan karena dapat memiliki dampak yang signifikan pada kemampuan anak untuk mempelajari keterampilan baru. Karenanya, untuk membantu orang tua dalam mendukung tumbuh kembang optimal anak, baru-baru ini, CDC pun membuat penyesuaian surveillance milestones & tools, terutama pada checklist untuk anak usia 15 - 30 bulan.
Sejalan dengan data CDC, hasil polling online yang dilakukan oleh Enfagrow A+ bersama dengan Tiga Generasi baru-baru ini juga menemukan terjadinya penyesuaian capaian perkembangan kecerdasan akademis dan emosional pada Generasi Alfa yang lahir dan tumbuh pada masa pandemi.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Basra, Jumat (14/10), melalui polling yang dilakukan dengan menilai sejumlah skillset yang diharapkan dapat dikuasai anak pada usia tertentu ini, terungkap sebanyak 18,2% responden menyatakan anaknya belum mampu mengikuti instruksi 2 langkah ketika berusia 2 tahun, dan 24,2% responden menyatakan anaknya belum mampu mendorong tangan keluar lubang baju atau mendorong kaki keluar lubang celana saat dibantu berpakaian di usia 12 bulan.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang tak menentu seperti pandemi yang terjadi saat ini membuat pola stimulasi dan lingkungan mengalami perubahan yang cukup signifikan, misalnya seperti meningkatnya paparan gadget dan berkurangnya interaksi langsung dengan lingkungan. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
Ajeng Raviando selaku psikolog mengajak orang tua untuk memberikan perhatian khusus agar anak tetap dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di tengah kondisi pandemi.
“Selama pandemi, banyak situasi yang tidak menentu, sulit diprediksi dan terjadi banyak perubahan secara signifikan. Hal ini tidak hanya berat bagi orang dewasa, namun juga membingungkan bagi anak-anak dan berpengaruh pada tumbuh kembang si Kecil. Di sini peran orang tua menjadi semakin penting untuk memastikan si Kecil mendapatkan perasaan aman dan mendukung stimulasi untuk optimalkan Kecerdasan Emosionalnya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Lazuardi Putra selaku Category Manager Nutrition Reckitt Indonesia mengungkapkan, “Dengan semakin dekatnya era VUCA dan ditambah lagi percepatan digitalisasi dan otomatisasi, si Kecil yang lahir di masa pandemi menghadapi tantangan yang lebih kompleks, dimana persyaratan untuk sukses bukan hanya menjadi juara akademis di kelas saja, namun juga memiliki kecerdasan emosional."