Anyone Can Cook, Komunitas Perempuan Indonesia di Abu Dhabi yang Inspiratif

Konten Media Partner
7 September 2021 6:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nasi tumpeng khas Indonesia, salah satu kuliner yang dihadirkan Anyone Can Cook saat peringatan HUT ke-76 RI. Sumber foto: Dok.Anyone Can Cook (ACC)
zoom-in-whitePerbesar
Nasi tumpeng khas Indonesia, salah satu kuliner yang dihadirkan Anyone Can Cook saat peringatan HUT ke-76 RI. Sumber foto: Dok.Anyone Can Cook (ACC)
ADVERTISEMENT
Didirikan pada 17 September 2014, Anyone Can Cook (ACC) merupakan komunitas yang mewadahi Warga Negara Indonesia (WNI) yang bertempat di Abu Dhabi, ibukota dari negara Persatuan Emirates Arab (PEA). Awalnya, Irene Darryl, founder Anyone Can Cook, menggagas komunitas ini sebagai wadah untuk saling berbagi informasi.
ADVERTISEMENT
“Seringkali diaspora Indonesia yang baru datang ke Abu Dhabi kebingungan dimana bisa membeli bahan masakan dan makanan Indonesia, juga bagaimana tata cara mengurus surat ijin mengemudi atau cara mendaftar vaksin di rumah sakit dan berbagai pertanyaan lainnya. Pertanyaan tersebut akan terselesaikan dengan mudahnya begitu dibagikan kedalam forum komunikasi komunitas ini. Semua anggota akan saling bahu-membahu membantu anggota baru agar bisa segera beradaptasi,” tuturnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Basra, (6/9).
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan komunitas ini semakin berkembang. Kerinduan akan kuliner kampung halaman menjadi hal yang tidak terelakkan. Beberapa anggota berinisiatif menawarkan masakannya di komunitas ini.
“Walaupun yang titip dimasakkan adalah teman-teman sendiri, mereka melakukan transaksi ini dengan professional. Harga jual dihitung dengan seksama, disesuaikan dengan harga bahan dan tenaga yang dikeluarkan untuk memasak. Jadi anggota grup ini tidak hanya sekedar berhasil menghasilkan masakan yang lezat tapi juga belajar memanajemen sebuah usaha," jelas perempuan lulusan STP Bandung ini.
ADVERTISEMENT
Menyadari perubahan dan perkembangan ini, Irene kemudian diminta para anggota komunitas untuk menyelenggarakan pelatihan. Berbekal pengalaman kerjanya di Hilton Gatwick, London, Irene dengan senang hati memberikan berbagai even bimbingan untuk meningkatkan kapabilitas anggotanya, baik itu cara berkomunikasi, cara menangani keluhan pelanggan dan lain sebagainya.
Komunitas ACC juga memfasilitasi anggota yang sekiranya senang membagikan ilmu dan keterampilannya. Di antaranya dengan mengadakan kelas memasak, membuat kue dan juga kelas pembuatan sabun. Bahkan di saat virus COVID-19 melumpuhkan kegiatan banyak pihak, komunitas ini sukses mengadakan ‘Online Food Bazaar: Festival Kuliner Indonesia’ yang melibatkan 8 UKM, 17 menu dengan harga 45 dirham dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia.
Saat ini anggota komunitas ACC mencapai 300 orang. Sebagian besar didominasi oleh ibu rumah tangga yang juga memiliki semangat untuk membanggakan Indonesia dengan melakukan diplomasi melalui kuliner. Di mana kuliner merupakan sarana promosi paling mudah yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Misalnya jamu kunyit asam buatan Kristantinah Chika yang mendapat sambutan positif tidak hanya dari warga Indonesia tapi juga masyarakat internasional, baik itu warga negara Malaysia, India bahkan Portugis turut menikmati minuman tradisional Indonesia tersebut.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang akrab dipanggil Chika ini menuturkan bahwa ia tidak hanya ingin mengenalkan jamu sebagai minuman yang menyehatkan, namun juga warisan budaya bangsa.
“Di tengah kesibukan saya mengurus 2 anak, saya menyempatkan diri untuk memproduksi jamu. Harapan saya, masyarakat internasional tahu bahwa Indonesia tidak hanya punya batik dan rendang tapi juga jamu,” terangnya.
Demografi penduduk PEA yang 85% didominasi oleh pendatang dari berbagai negara menjadi kesempatan berharga bagi anggota komunitas ACC untuk belajar memperkaya wawasan tentang kebudayaan dan kuliner negara lain.
Di antaranya Nenden Setiawati dan Fitri Mutia yang mengembangkan bisnis kulinernya ke tanah air. Menggunakan merk dagang “Nenz Gourmet”, Nenden menjual berbagai macam kue dan roti yang sempat ia pelajari di Abu Dhabi.
ADVERTISEMENT
Begitu pula Syahfitri Mutia yang setelah 11 tahun menetap di Abu Dhabi, memutuskan untuk berkarya di ibu pertiwi. Cinnamon Roll, Nasi Kabsah dan Nasi Biryani buatan tangannya dapat dipesan melalui akun Instagram @feed.three.
Di luar bidang kuliner, Ken Debby, anggota ACC lainnya, merintis bisnis fashion dengan menggunakan kain batik sebagai bahan utamanya. Ia mengungkapkan bahwa produknya tidak hanya diminati oleh masyarakat Indonesia, tapi juga warga Perancis, Italia, Amerika Latin, Italia dan lain sebagainya. Tidak kurang 15 pengrajin lokal yang terlibat dalam bisnis fashion miliknya.
“Mereka mengagumi keunikan motif batik serta aksesoris lokal yang berasal dari Solo, Klaten, Garut dan Bali,” ujarnya.
Memasuki usia tujuh tahun, komunitas ACC ingin terus bisa memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Salah satunya dengan mengadakan demo memasak
ADVERTISEMENT
“Lontong Sayur Palembang” secara online yang akan diadakan pada Kamis, 9 September 2021. Indah Septarina akan membagikan tips dan trik dalam membuat lontong menggunakan rice cooker.
“Dengan menggunakan alat yang sederhana, rasa yang dihasilkan tidak kalah enak dengan lontong yang dibungkus menggunakan daun,” terang Irene.
Indah sendiri berasal dari Palembang. Sejak dua tahun terakhir, Indah aktif memperkenalkan kuliner Kota Palembang di Abu Dhabi. Tidak banyak orang yang tahu bahwa kuliner Palembang bukan hanya Pempek dan Tekwan, tapi juga ada Nasi Samin, Pindang Tulang dan Laksa yang berhasil dikenalkan Indah ke masyarakat Indonesia yang tinggal di Abu Dhabi.
Suksesnya komunitas ACC juga tidak lepas dari peran KBRI Abu Dhabi yang seringkali mempercayakan kebutuhan konsumsinya ke para anggota komunitas ACC. Berkat aktivitas tersebut, Ayu Saraswati, salah satu anggota komunitas ini dipercaya oleh GulfNews, media terbesar di PEA untuk membagikan opini dan resepnya di koran tersebut. Resep Sate Padang milik perempuan kelahiran Sidoarjo ini juga sempat digunakan oleh salah satu hotel bintang 5 di Kota Dubai. Produk kue kering miliknya juga dijual di salah satu coffee shop di Abu Dhabi dan menarik minat masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT
“Saya sangat bersyukur nama komunitas ini sudah mulai dikenal di luar Abu Dhabi. Kami sering mendapat pertanyaan di media sosial, apakah komunitas Anyone Can Cook punya cabang di negara lain? Jika hal tersebut bisa tercapai tentu saya akan senang sekali, karena diaspora yang merantau keluar negeri ini semuanya sama, jauh dari keluarga. Jadi semoga komunitas sejenis ini dapat bertumbuh secara sporadis, menjadi support system bagi perantau Indonesia dimanapun ia berada,” ujar Irene, mengakhiri paparannya.