Cegah Brain Fog Setelah Sembuh dari COVID-19

Konten Media Partner
2 April 2022 11:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, University of Oxford menyebut, bahwa orang yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan abnormalitas otak jika dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi.
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut menganalisa perbedaan hasil Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebelum dan setelah terkena COVID-19. Hal ini sejalan dengan temuan lapangan, bahwa mereka yang baru saja pulih dari COVID-19 merasa sedikit lebih sulit untuk melakukan tugas mental yang kompleks.
Menanggapi hal itu, Arief Bakhtiar dr SpP(K) FAPSR dosen Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menjelaskan, istilah lain untuk keadaan abnormalitas otak pasca COVID-19 adalah brain fog.
Brain fog adalah kondisi dimana seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa fokus ketika memikirkan suatu hal,” jelas Arief, Sabtu (2/4).
Meski demikian, Ia menyebut jika brain fog bukanlah sebuah penyakit, tetapi gejala dari kondisi atau penyakit tertentu yang bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir dan mengingat. Gejala pasca COVID-19 tersebut disebut long COVID-19.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan di University of Oxford menyebutkan, bahwa penyusutan volume otak terjadi sebanyak 0,2-2 persen dan pengurangan tersebut terjadi pada bagian grey matter dan bagian otak terkait indra penciuman serta memori.
Sayangnya, penelitian ini belum bisa memastikan apakah abnormalitas otak tersebut bersifat permanen atau tidak. Untuk itu, diperlukan penelitian lanjutan guna melihat dampak COVID-19 pada otak secara jangka panjang.
Guna mengurangi keluhan brain fog, Arief berpendapat hal itu bisa dikurangi dengan metode terapi oleh dokter saraf.
Ia jugs menyarankan pencegahan umum sebagai upaya pencegahan brain fog adalah dengan vaksinasi dan protokol kesehatan.
“Vaksinasi tujuan utamanya adalah untuk mengurangi respons berat dari suatu penyakit agar tidak memberikan manifestasi berat. Jadi kemungkinan juga bisa mencegah munculnya pengaruh yang berat pada otak,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, Arief mengimbau masyarakat agar tidak panik dengan adanya brain fog ini. “Saran untuk masyarakat, jika ada info yg beredar, sebaiknya baca dulu secara detail, jangan hanya langsung baca judul lalu menyimpulkan,” pungkasnya.