Cerita Anak-anak di Surabaya yang Masih Berjualan di Jalan Raya Selama Pandemi

Konten Media Partner
5 Juni 2020 7:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rahma, Edi, dan Fano yang masih berjualan tisu dan air mineral selama pandemi di Jalan Ambengan Surabaya. Foto-foto : Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Rahma, Edi, dan Fano yang masih berjualan tisu dan air mineral selama pandemi di Jalan Ambengan Surabaya. Foto-foto : Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Ada sekitar 127 anak di Surabaya yang positif COVID-19. Dari data sementara yang dimiliki Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Surabaya, sampai 3 Juni 2020 ada 36 anak berusia 0-4 tahun yang terkonfirmasi COVID-19. Sedangkan 91 kasus lainnya menimpa anak berusia 5-14 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada Kamis 4 Juni 2020, Basra mencoba menyusuri jalanan kota Surabaya untuk mencari anak-anak yang masih berada di luar selama pandemi corona.
Dan betul, ada lebih dari 10 anak yang ditemukan Basra sepanjang Jalan Ambengan, sekitar Kya-Kya, Gembong, dan Jalan Bratang.
Tiga dari 10 anak tersebut justru sedang berjualan tisu dan air mineral di perempatan Ambengan tanpa mengenakan masker. Mereka adalah Edi, Fano, dan Rahma.
Edi berusia 10 tahun, Fano 11 tahun, dan Rahma 14 tahun. Edi mengaku, dia dan teman-temannya memang setiap hari berjualan tisu dan air mineral di traffic light dekat SMAN 5 Surabaya. Bahkan Edi, Fano, dan Rahma sudah hampir 6 tahun ini melakukannya.
Edi dan Fano mencoba permainan Sontoloyo yang diberikan dalam paket donasi mainan #bergerakbersama.
"Kami jualan pakai uang kami sendiri mbak. Kami kumpulkan uang jajan buat beli tisu dan air (air mineral kemasan 600 ml). Lalu dijual lagi di perempatan. Sehari dapatnya enggak tentu bisa Rp 50 ribu, bisa Rp 30 ribu. Kadang ada orang yang beli terus ngasih uang lebih, nah itu yang untuk ditabung," kata Edi yang masih kelas 3 SD ini.
ADVERTISEMENT
Edi dan Fano adalah teman sepermainan. Sedangkan Fano dan Rahma adalah kakak beradik. Ketiga anak yang tinggal di kawasan Ambengan ini memang terpaksa turun ke jalan.
"Bapak sudah enggak ada (meninggal). Ibu kerja cari rongsokan. Jadi ikut kerja supaya bisa dapat uang sendiri. Uangnya ditabung," kata Rahma.
Kisah Edi ternyata juga tak berbeda dengan Rahma dan Fano. Ibu Edi adalah orang tua tunggal yang sehari-hari mencari rongsokan untuk bertahan hidup.
Saat ditanya apa tidak khawatir tetap ada di jalan padahal sedang ada virus corona, mereka kompak menjawab iya. "Tadi saya lupa bawa masker. Tapi Edi sama Fano pakai. Khawatir iya mbak, tapi kan kami harus jualan," kata Rahma.
Basra pun menyerahkan paket donasi mainan dari aksi #bergerakbersama yang digagas Basra bersama para donatur di Instagram.
ADVERTISEMENT
Paket donasi mainan itu berisi lima permainan tradisional seperti keke'an, sontoloyo, terjun payung plastik, balon tiup 777, permainan ular tangga, dan SCG Play dari Majalah SCG. Tak lupa, di dalam paket donasi tersebut juga ada masker buatan The Executive dari kumparan.
Andira memakai masker donasi dari kumparan dan The Executivee serta mendapat donasi mainan dari aksi #bergerakbersama.
Selain Edi, Fano, dan Rahma, Basra juga bertemu dengan Andira, siswa kelas 3 SD di kawasan Bratang Surabaya. Saat itu, Andira sedang duduk santai di trotoar Taman Flora bersama kakek dan neneknya.
"Jujur saja mbak, (kami) lagi nunggu orang kasih sembako," kata nenek Andira. Kakek Andira adalah pengayuh becak, sedangkan neneknya menjual rokok eceran di atas becak. "Kami ajak dia karena sendirian di rumah. Bapaknya narik ojek, ibunya sudah ninggalin dia lama," kata sang nenek lagi.
ADVERTISEMENT
Basra akhirnya menyerahkan paket donasi mainan pada Andira dan memintanya memakai masker. Saat menerima mainan tersebut Andira tampak tersenyum. "Terima kasih mbak," kata Andira lirih.
Tak hanya Andira, Fano, Edi, dan Rahma, tapi ada juga Olivia. Siswa kelas 1 SD itu tampak sedang beristirahat di Halte SMAN 5 ketika Basra menyapanya.
Olivia dan ayahnya.
Olivia yang tampak sedang pilek itu sedang ikut ayahnya memulung sampah. "Saya ajak karena ibunya lagi cuci baju. Dia sendirian," kata sang ayah. Saat menerima hadiah mainan Olivia tampak malu-malu. "Terima kasih," kata sang ayah.
Selain Olivia, Basra juga bertemu Deni. Pelajar kelas 6 SD ini terlihat sedang bersantai menjaga dagangan masker di pinggir jalan Ambengan saat itu.
Deni yang ikut berjualan masker hingga magrib di depan THR.
Deni mengaku biasa menemani pamannya berjualan masker sampai jelang magrib. "Saya ikut om di sini. Terima kasih mainannya, nanti saya main bareng sama adik-adik," kata Deni yang sumringah diberi tiga paket mainan untuk dia dan dua adiknya.
Rosa, siswi kelas 1 SD yang ikut berjualan orang tuanya di Jalan Gembong.
Total ada 128 paket donasi mainan yang dibagikan ke anak-anak yang kedapatan main atau berjualan di jalan raya selama pandemi. Harapannya, tentu saja agar mereka bisa sejenak bermain di rumah dan menjaga kesehatan.
Sekelompok anak yang kedapatan bermain di luar selama pandemi juga mendapat donasi paket mainan dari aksi #bergerakbersama
Paket mainan tersebut dibeli dari komunitas Kampoeng Dolanan yang juga memberdayakan kakek-kakek pedagang mainan yang sudah jarang dilirik pembeli.
ADVERTISEMENT