Cerita Qiqi, Psikolog yang Jadi Teman Curhat Orang-orang Depresi Berat

Konten Media Partner
20 Januari 2020 12:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pixabay.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan tersebut pernah diajukan Reisqita Vadika, pada pasiennya yang punya keinginan untuk mengakhiri hidup.
ADVERTISEMENT
Resiqita atau yang akrab disapa Qiqi bercerita, pasien yang dia tangani saat itu sedang di titik terendah dalam hidupnya. Pasien tersebut sulit melihat hal baik dalam kehidupannya dan kacau dalam melihat dirinya sendiri.
Tapi saat Qiqi menanyakan hal tersebut, si pasien tiba-tiba mengingat momen di mana orang tuanya berpulang lebih dulu.
"Nah, saat itu juga dia ingat waktu orang tuanya meninggal banyak orang hadir dan mengatakan bahwa orang tuanya adalah sosok yang baik. Saat itu, dia jadi punya keinginan kalau meninggal juga harus meninggalkan kenangan yang baik seperti orang tuanya. Dari situ keinginan dia untuk bunuh diri perlahan hilang, karena dia tidak mau orang lain mengingat dia dengan kenangan yang buruk," kata Qiqi.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, pasien tersebut telah kembali menjalani hari-harinya dengan semangat dan ikhlas.
Qiqi merupakan psikolog klinis dari Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya. Beberapa kali Qiqi menangani pasien yang mengalami depresi berat hingga mempunyai keinginan untuk bunuh diri.
Qiqi mengatakan, keinginan bunuh diri tersebut biasanya muncul karena si pasien sudah terlalu lama menyimpan rasa sakit atau mengalami depresi berat.
"Kasus yang saya tangani biasanya dari latar belakang keluarga yang kurang harmonis. Terus di lingkungan pertemanannya kurang solid. Jadi, dia tidak tau mau kemana ketika ada masalah. Sehingga keinginan bunuh diri itu muncul, dengan ekspektasi bahwa hal itu dapat membebaskan mereka dari masalah dunianya," kata Qiqi ketika ditemui Basra pada Sabtu, (18/1).
Reisqita Vadika, M.Psi.
Qiqi menjelaskan, sebelum akhirnya merealisasikan tindakan bunuh diri, orang yang sedang depresi biasanya mulai berandai-andai tentang kehidupan setelah kematian itu seperti apa. Mereka juga cenderung berpikir bahwa jika mereka sudah tiada, maka segalanya akan menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, mereka akan mengarah ke tindakan. Misalnya mulai berpikir hendak bunuh diri dengan cara apa dan menyiapkan alat atau lokasinya.
"Nah kalau mereka sudah sampai pada titik itu, tapi masih tidak dapat pertolongan, semakin besar kemungkinan mereka akan merealisasikan rencananya itu," jelas Qiqi.
Agar hal-hal tersebut tidak terjadi, Qiqi mengatakan, penanganan paling tepat untuk orang depresi yakni jangan dibiarkan sendiri dan membantunya dengan cara segera membawa ke psikolog atau psikiater untuk segera ditolong.
Dengan begitu, pihaknya (psikolog) akan membantu mereka mengubah pola pikir dan pola perilaku mereka, sehingga dapat pulih dari depresi.
"Misalnya disepakati bersama untuk mau memaksa diri melakukan aktivitas dan produktif kembali, jangan sampai hanya berdiam diri. Biasanya mereka bingung mau melakukan apa, maka kita ingatkan dengan kegiatan menyenangkan yang pernah mereka lakukan sebelum depresi. Kita ajak untuk mau mencoba melakukannya lagi," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Bila depresi yang dialami sudah tergolong cukup berat, terkadang penanganan psikologis saja tidak selalu cukup membuahkan hasil. Akan dibutuhkan kolaborasi dengan psikiater, yang berwenang untuk memberikan obat antidepresan yang dapat membantu individu lebih merasa bersemangat.
"Jadi selain terapi psikologis, mereka juga harus konsisten mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu hingga diperoleh efek yang diharapkan," tutur alumnus Universitas Surabaya (Ubaya) ini.
Qiqi bercerita, jika ia pernah mendapatkan pasien dengan latar belakang yang benar-benar 'kacau' dan enggan untuk menceritakan masalahnya. Qiqi pun akhirnya 'jemput bola' dan berinisiatif melakukan komunikasi terlebih dahulu.
"Kebetulan waktu itu saya cukup membaca gelagatnya. Jadi, kalau lagi down gitu, dia update status. Secara enggak sadar kan dia ingin dibantu tapi malu untuk bicara. Akhirnya saya telepon dia, dan saya yakinkan kalau dia tidak sendiri," ucap Qiqi.
ADVERTISEMENT
Menurut Qiqi, kendala utama menghadapi pasien tersebut adalah bagaimana ia bisa meyakinkan mereka bahwa mereka itu berharga, dan menemukan kembali makna hidupnya.
Akhirnya saya bilang ke dia, "Seandainya kalau kamu meninggal mau dikenang seperti apa?"
Qiqi berpesan bagi orang-orang yang mengalami depresi jika mereka tidak sendirian. "Yang paling penting sadarilah, ketika kamu depresi kamu butuh dan berhak ditolong. Jadi, jangan ragu untuk minta tolong," pungkasnya.
Pasien yang dia dampingi kini sudah punya semangat hidup dan lebih ikhlas menjalani skenario kehidupan. #publisherstory