Dalam Keheningan Tri Wulandari Menari

Konten Media Partner
31 Juli 2019 7:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tri Wulandari (kiri) dan Amalia Desiyani (kanan). Foto-foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Tri Wulandari (kiri) dan Amalia Desiyani (kanan). Foto-foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Sejak usia 2,5 tahun Tri Wulandari atau Wulan didiagnosis mengalami gangguan pendengaran. Kondisi tersebut mengharuskan Wulan untuk memakai alat bantu dengar, tapi sayang karena kondisi ekonomi yang tak memungkinkan, Rumiyah ibu Wulan belum bisa membelikan alat bantu dengar sampai Wulan berusia 6 tahun.
ADVERTISEMENT
Saat masuk taman kanak-kanak (TK), Wulan ternyata terpilih untuk mewakili sekolah ikut lomba menari. Ada tetangga depan rumahnya yang mengajari Wulan menari dan ternyata Wulan menang. Dari sanalah kepercayaan diri Wulan untuk menari mulai terbentuk.
Melihat putrinya makin giat berlatih tari tradisional, Rumiyah pun mengikutkan Wulan dan adiknya Amalia Desiyani yang berbeda usia 1 tahun 8 bulan, ke sanggar tari. Setelah masuk sanggar, ternyata Wulan menghadapi tantangan baru.
Meski sudah memakai alat bantu dengar, namun alunan musik pengiring tari tetap tak bisa didengar Wulan secara maksimal. Wulan pun mencari cara agar tetap bisa menari sesuai tempo musik.
Akhirnya Wulan menari memakai hitungan. Agar lebih pas, dia sesekali melirik gerakan dan ekspresi adiknya agar tetap selaras dengan rekannya yang lain.
ADVERTISEMENT
Hingga hari ini Wulan sering dipercaya tampil di depan delegasi negara-negara asing yang berkunjung ke Surabaya. Bahkan tahun 2014 dia menjadi peserta World Dance 'Solo Menari 24 Jam'.
Wulan (kiri) dan Amalia (kanan).
Wulan dan Amalia ibarat anak kembar yang tak terpisahkan. Mereka selalu tampil bersama, bahkan sang ibu juga sering memakaikan baju yang sama. "Supaya tidak berantem. Wulan dan adiknya hanya terpaut 20 bulan," tukas Rumiyah.
Menyadari Wulan memiliki keterbatasan pendengaran, Rumiyah menyekolahkan kedua putrinya di sekolah yang sama sejak masih SD. Setidaknya Amalia dapat melindungi Wulan dari sasaran bully rekannya di sekolah.
"Wulan tidak mau sekolah di sekolah khusus. Dulu sempat sekolah di SLB (sekolah luar biasa), tapi cuma bertahan 6 bulan, setelah itu Wulan enggak mau. Baru setelah satu sekolah dengan adiknya, dia semangat sekolah. Alhamdulillah, sekarang di SMP dikasih jalan Allah mereka juga bisa satu sekolah lagi," papar ibu empat anak ini.
ADVERTISEMENT
Prestasi Wulan selama ini pun tak hanya datang dari seni tari tapi juga atletik. Wulan pernah menjadi Juara 1 Lomba Sprint 100 meter Paralympian Games Pelajar VI Provinsi Jatim 2018, Juara 1 Lomba Atletik Bagi Anak Berkebutuhan Khusus kategori SD Inklusi Tunarungu Wicara Putri 2017, dan Juara 2 Tari Remo pada 2016.
Kini Wulan memasuki babak baru sebagai siswi kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 28 Surabaya bersama sang adik. Tapi di hati Rumiyah masih ada kegundahan tentang masa depan Wulan suatu hari nanti.
"Bagaimanapun Amalia pasti akan punya kehidupan sendiri saat dia dewasa. Makanya saya mulai membiasakan Wulan untuk tidak bergantung kepada siapapun, termasuk dengan adiknya. Wulan harus bisa hidup mandiri," pungkasnya. (Reporter : Masruroh/Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT