Dampak Pernikahan Dini, Dari Terpapar Penyakit Seksual Menular Hingga Depresi

Konten Media Partner
15 Juni 2021 19:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pernikahan. Dampak pernikahan dini pada remaja, mulai dari resiko terpapar penyakit seksual menular hingga depresi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pernikahan. Dampak pernikahan dini pada remaja, mulai dari resiko terpapar penyakit seksual menular hingga depresi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kasus pernikahan anak di Jawa Timur periode 2019-2020 naik 300 persen. Pernikahan anak yang dimaksud ialah pihak mempelai yang melaksanakan akad masih berusia di bawah usia minimal yang ditentukan UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni 19 tahun.
ADVERTISEMENT
Tiara Diah Sosialita, Psikolog Klinis, Dosen Psikologi Unair, dan anggota Kelompok Kajian Gender & Anak, angkat bicara terkait tingginya kasus pernikahan anak di Jawa Timur.
Menurut Tiara, dampak pernikahan anak atau pernikahan dini pada remaja laki dan perempuan berbeda sesuai dengan karakteristik khasnya.
"Jika dilihat dari perspektif ilmu psikologi, kematangan psikologis (jiwa) antara laki-laki dan perempuan berbeda. Selain itu karakteristik remaja laki-laki dan perempuan juga ada perbedaan, meskipun juga ada karakteristik umum remaja," ujarnya kepada Basra, Selasa (15/6).
Adapun pada remaja perempuan, lanjut Tiara, pernikahan dini dapat menjadikannya rentan sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga. Sesuai dengan penelitian tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), banyak istri yang menjadi korban dari suaminya.
ADVERTISEMENT
"Data dari Komnas Perempuan, kasus kekerasan pada perempuan sebanyak 299.911 sepanjang 2020," imbuh Tiara.
Dampak selanjutnya adalah risiko terpapar penyakit menular seksual (PMS) apalagi jika pasangannya berusia lebih tua dan jika sudah berpengalaman dalam aktivitas seksual
"Kemudian apabila dia (remaja putri) melahirkan rentan mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pasalnya, ibu muda bisa mengalami trauma pasca persalinan yang berkepanjangan karena kondisinya yang masih labil ditambah jika pasangan dan lingkungan tidak peduli," jelasnya.
Perempuan yang hamil di usia muda, kata Tiara, juga berisiko mengalami masalah kehamilan seperti risiko bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi lahir prematur karena memang organ reproduksinya belum matang secara sempurna. Selain itu memungkinkan juga hingga mengalami kematian ibu dan bayi karena komplikasi, pendarahan, apalagi kalau si ibu kurang gizi.
ADVERTISEMENT
"WHO sendiri juga menyatakan bahwa kehamilan di rentang usia remaja (10-19 tahun) mempunyai risiko yang lbh tinggi seperti kesulitan saat persalinan, sakit/cacat/kematian bayi/ibu," tegasnya.
Sementara itu dampak pernikahan dini pada remaja laki-laki, dijelaskan Tiara karena peran utama laki-laki dalam keluarga adalah sebagai kepala keluarga yang memenuhi kebutuhan anggota keluarga, salah satunya dengan menafkahi istri dan anaknya, maka ketika peran ini tidak bisa dipenuhi akan menyebabkan masalah ataupun gangguan psikis.
"Anak remaja sudah dituntut punya penghasilan untuk menafkahi keluarga padahal belum siap, bisa-bisa akan stres bahkan depresi," tukasnya.
Adapun dampak secara umum, baik pada remaja laki-laki dan perempuan bisa berkurang kesempatan untuk mengembangkan diri seperti pendidikan, keterampilan, pengalaman hidup, dan lain-lain padahal remaja ada pada usia produktif.
ADVERTISEMENT
"Ketika remaja menikah, maka mereka dituntut utk melakukan aktivitas layaknya orang dewasa. Mereka harus mengurus pasangannya, anak-anaknya, mengatur keuangan dan rumah tangga, dan hal-hal lain. Ini tentu saja bisa mengurangi kesempatan pengembangan diri mereka," pungkasnya.